Sabtu, 26 April 2014

PROSES KREATIF IQBAL H. SAPUTRA


 
            Iqbal H. Saputra adalah nama pena Iqbal Saputra; lahir di Belitung, 8 November 1989. Anak kedua dari pasangan Herlina-Iskandar ini adalah alumnus PBSI UAD Yogyakrta. Saat ini sedang menempuh Pascasarjana di UGM. Dengan dua sahabatnya, Fitri Merawati dan Latief S. Nugraha meluncurkan buku kumpulan puisi bersama, “sungaisungai, muaramuara, pesisirpesisir” (Pustaka Pelajar, 2012).
            Riwayat pendidikannya ia tempuh di kampung halamannya Belitung, Taman Kanak-kanak di TK Binawarga Belitung, SD N 48 Tanjungpandan Belitung, SMP N 5 Tanjungpandan Belitung, SMK N 2 Tanjungpandan Belitung hanya tiga bulan kemudian ia lanjutkan ke SMA N 2 Jambi sampai selesai. Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, S1 ia tempuh di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, kemudian sekarang ia sedang melanjutkan pendidikan S2nya di Universitas Gadjah Mada.
Proses kreatif ia awali ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, awalnya hanya menulis puisi yang belum bisa disebut puisi karena masih sebatas menulis sesuai dengan yang dirasakannya.
Puisi yang ia tulis dahulu berdasarkan keadaan emosional yang ia alami, hanya pena dan kertas yang mengerti perasaanya saat itu. Kondisi keluarga yang rumit justru membuatnya semakin sering menulis pada catatan-catatan harian, karena ia merasa bingung pada siapa lagi harus bercerita tantang masalah yang dialaminya. Masa sekolah menengah akhir adalah tahap keduanya dalam berkarya, mulai banyak membaca buku-buku puisi karya penyair besar seperti Chairil Anwar dan Rendra. Karya Chairil anwar yang paling ia suka adalah “Senja Pelabuhan di Kecil. Kesenangannya membuat puisi banyak dimanfaatkan oleh teman-temannya yang sedang jatuh cinta. Ia sering mendapatkan rewarddari temannya karena telah membuatkan puisi untuk temannya, biasanya makan gratis karena temannya sudah pacaran dengan orang yang disukainya.
Menulis puisi secara hakiki baru ia lakukan ketika menempuh pendidikan di  Universitas Ahmad Dahlan. Drs. Jabrohim, Rina S.S, Abdul Wachid B.S adalah dosen UAD dan penyair yang membimbingya dalam berproses kreatif. Awalnya ia merasa terpaksa dan terbebani untuk membuat sebuah puisi. Pernah ia mendapat komentar dari dosennya Abdul Wachid B.S. untuk puisinya, ia merasa puisinya sudah baik dan indah, tapi dosennya mengatakan bahwa puisinya “gelap”karena belum bisa menunjukan logika.Hal ini semakin membuatnya terpacu untuk menulis puisi, menurutnya itu merupakan cambuk baginya untuk berbuat lebih dari sebelumnya. Ia merasa senang dekat dan nurut dengan Drs. Jabrohim yang sering memintanya untuk melakukan banyak hal tentang sastra, seperti diskusi sastra. Hal ini membuatnya mengerti banyak hal mengenai sastra, ia banyak mengenal sastrawan-sastrawan besar dan mendapatkan banyak ilmu dari apa yang sudah dilakukanya karena bimbingan dan arahan Drs. Jabrohim. Sementara itu bimbingan dan arahan dosennya Rina Ratih S.S adalah dibuatnya buku kumpulan puisi yang berjudul “sungaisungai, muaramuara, pesisirpesisir”bersama dua orang sahabatnya Fitri Merawati dan Latief S. Nugraha.
Puisi-pusi yang ia ciptakan banyak terpengaruh dari Chairil Anwar dan Rendra. Chairil Anwar sangat mempengaruhi puisinya dalam kontek teks, sedangkan proses kreaatif Rendra menjadi acuannya dalam menulis puisi. Selain itu ia mendapatkan suntikan spirit dan pola pikir dari rekannya Mahwi Air Tawar dan Joni Aridinata. Cara kedua temannya dalam menghakimi karya sastranya telah membentuk pribadi yang memiliki mental tahan banting, karena puisi-puisi yang ia buat telah dikritik habis-habisan oleh temannya itu. Dari berbagai macam pengalaman yang ia dapat membuatnya menjadi penyair yang lebih baik dari sebelumnya, beberapa karyanya pernah dimuat dalam media masa seperti di koran Merapi, majalah Mayara, dan menjadi juara di STAIN Purwokerto. Selain itu puisi-pusinya juga banyak masuk dalam buku antalogi puisi.
Membaca dan menulis adalah ujung tombaknya dalam berkarya, “lelah membaca, menulislah, lelah menulis, membacalah, begitu seterusnya jangan pernah berhenti”itulah prinsipnya dalam berproses kreatif. Proses Kreatif menurutnya adalah proses (aktivitas) dan kreatif (tingkah laku), jadi proses kreatif adalah pergulatan aktivitas tingkah laku manusia yang dilakukan untuk bereksistensi dalam kehidupan masyarakat. Sarana untuk mengabdi pada masyarakat, lingkungan, dan kehidupan sebagai hamba yang berasal dari hati nurani dalam wujud tulisan. Apa yang ditulis merupakan kebutuhan (eksis) dan refleksi penyair di dalam masyarakat untuk menyuarakan apa yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Pendapat penyair besar Sutardji Calzoum Bachri ia jadikan sebagai salah satu pedoman dalam berkarya, bahwa menulis itu dari alam untuk kita kemudian kembali ke alam melalui sebuah tulisan. Sebagai hamba di bumi semuanya hanya titipan dari Tuhan, apa yang ditulis apa yang dibuat oleh manusia hanyalah meminjam dan memindahkan yang telah ada dari Tuhan.
Proses menjadi seorang penulis memerlukan banyak waktu, kesadaran diri dan dorongan dari lingkungan masyarakat sekitar akan sangat membantu perkembangan penulis. Hal ini yang telah membuat Iqbal Saputra menjadi seorang penyair yang sudah cukup diakui di dunia sastra, walaupun belum bisa dikatakan dalam lingkup nasional. Menurutnya untuk menjadi seorang penyair yang hebat atau “pendekar” dalam dunia sastra perlu banyak belajar, membaca, dan menulis. Hal iniliah yang sudah dijalaninya selama beberapa tahun terakhir ini. Proses pembuatan karya sastra tidak bisa dibuat secara instan, proses melihat, mencermati, menulis, membuang dan menambah kata semua dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan sebuah karya yang baik. Selain itu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan menjadi seorang yang individualis akan membentuk karakter seorang penyair. Ada kalanya sebagai penyair harus bersosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk mendapatkan ide-ide atau gagasan untuk membuat karya sastra, ada kalanya juga seorang penyair harus memiliki jiwa individualis untuk menentukan jalan mana yang akan diambilnya dalam membuat karya sastra dan menjadi seorang sastrawan.
Pengalaman-pengalaman hidup telah mengajarkan Iqbal Saputra menjadi sosok yang cukup disegani di UAD dan daerah Yogyakarta, istiqomah dan sabar menjadi kunci suksesnya dalam proses kreatif. Ia banyak sekali mendapatkan manfaat dari menulis, tapi hal yang paling membuatnya senang adalah saat karyanya bisa diakui oleh banyak orang dan secara tidak langsung namanya juga akan terdongkrak naik. Semua itu karena doa dan usaha yang dilakukannya secara terus menerus selama ini, berkat dorongan orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukungnya hingga saat sekarang ini. Banyak bergaul dengan sastrawan-sastrawan yang lain untuk menambah ilmu dan hubungan dengan banyak orang. Tidak munafik jika ia terkadang mengharapkan honor dari karyanya, tetapi bukan merupakan tujuan utamanya.  Karena tujuan utamanya adalah berbagi ilmu dengan masyarakat luas mengenai sastra, serta bagaimana bisa menjadi orang yang diperhitungkan dalam dunia nyata dan sastra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...