BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sastra atau
Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium
dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Pada
kesimpulannya, kesusasteraan merupakan sebahagian daripada budayamanusia.
Kebudayaan adalah sistem pengetahuan
yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat didalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi
seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dalam
makalah ini, penulis mencoba mengemukakan wujud dan macam epos, serta peran dan
fungsinya yang penting untuk menjadikan kekayaan lokal dalam bidang
kesusastraan agar dijadikan bahan pemelajaran sastra di sekolah. Hal ini
dilakukan dalam upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal,
seperti nilai religius, nilai moral, dan khususnya nilai kebangsaan kepada
peserta didik. Pada akhirnya, penanaman nilai-nilai budaya lokal dalam
pemelajaran sastra diharapkan akan mengimbangi pengaruh budaya asing yang
semakin mewabah di masyarakat kita.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian sastra dan
kesusasteraan?
2.
Apasajakah wujud dan macam epos dalam
sastra lama?
3.
Bagaimanakah peran dan fungsinya bagi
pengembangan pendidikan budaya nasional di era moderen?
Tujuan
1.
Memberikan pemahaaman tentang pentingnya
kebudayaan lokal di era moderen ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sastra atau Kesusasteraan
Sastra atau
Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium
dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Pada
kesimpulannya, kesusasteraan merupakan sebahagian daripada budayamanusia.
B. Wujud
dan Macam Epos
1. Masuknya
Epos Asing
Sejak dua ribu
tahun yang lalu perhubungan dagang telah terjalin antara india dan melayu.
Adanya kontak sosial menyebabkan meraka kawin dan mengakibatkan adanya
akulturasi. Pengaruh Hindu dan kebudayaan melayu kian hari kian menguat.
Winstedt berkata “bahwa boleh dikatakan sampai abad ke-19 orang melayu
memperoleh segala-galanya dari India, antara lain : Agama, sistem politik,
astrologi, perobatan, sastra, seni dan pertukaran.
Perluasan
kebudayaan dibawa oleh para Brahmana dan para Cendikiawan, demikian pendapat JC
Van Leur dan G Coedas. Perubahan kebudayaan itu terjadi hampir diseluruh daerah
bukan hanya di pesisir (pusat perdagangan).
Khususnya
dibidang sastra pengaruh Hindu sangat kuat. Epos india ternyata mendapatkan
tempat yang istimewa di masyarakat melayu. Berikut macam-macam epos yang perlu
kita kenal dengan baik yaitu :
a.
Cerita epos dari India : Ramayana dan
Mahabrata
b.
Cerita epos dari Jawa : Panji
c.
Cerita epos pahlawan melayu asli : Hang
Tuah
a.
Epos India/Epos Ramayana
Dalam kesusasteraan India seperti juga di jawa
terdapat cerita rama yang mirip beberapa versi, sesungguhnya di India sendiri
cerita rama ini juga telah merupakan beberapa versi.
Perbedaan versi Rooda
dan Shellabear:
1.
Versi Shellabear menguraikan panjang
lebar asal-usul Rahwana yang tidak ada dalam Roorda.
2.
Tentang lahirnya Hanoman
Versi Roorda tidak menyebutkan
mengapa Hanoman berupa kera, sedangkan versi Shellabear menyebutnya demikian:
Sesudah Rama dan Sinta kawin,
mereka mengembara dan menemukan kolam berair jernih dan keruh, mereka mandi di
air jernih, lalu berubah menjadi kera, waktu itu kebetulan sinta sedang hamil
dan kandungannya dipindahkan ke badan Anjani. Kemudian atas nasehat Laksamana
mereka mandi di air keruh dan berubah menjadi manusia lagi.
3.
Peperangan antara Indrajata dan Rama
Versi Shellabear menceritakan bahwa
Rama dalam peperangan itu meninggal 2 kali sedangkan menurut Roorda hanya
sekali mati dan untuk menghidupkan rama kembali, obatnya di ambil dari macam
tumbuh-tumbuhan yang dibawa Hanoman dari bukit Seberen, juga cerita mengambil
tumbuh-tumbuhan itu berbeda.
4.
Shellabear menceritakan panjang lebar
kejadia-kejadian setelah Rama menang sedangkan Roorda tidak.
5.
Shellabear tidak menceritakan mengapa
Rama tidak menggantikan ayahnya, sedangkan dalam Roorda diceritakan.
Kesimpulan menurut Ziesseniss dari perbandingan itu:
1)
Versi Roorda lebih sederhana
2)
Shellabear lebih mementingkan kejadian
yang permulaan dengan terakhir, misalnya: Rahwan diceritakan asalnya dan anak
turunan Rama diceritakan pula
3)
Keduanya jarang bertentangan mutlak,
hanya tambah menambah saja.
Cerita
Rama dan hubungannya dengan Rama di Indonesia umumnya di Asia.
1.
Dalam bahasa Jawa ada 2 versi yang jauh
berbeda:
a.
Yang terdapat dalam bahasa jawa kuno
ialah Ramayana kakawin. Cerita ini terdapat di Bali sebagai petunjuk wayang.
b.
Versi kedua ini cerita rama yang
dikenal dalam serat Rama atau Rama
keling dan cerita Rama dalam serat Kanda. Versi kedua ini isinya berdekatan
dengan isi Hikayat Sri Rama dalam bahasa melayu dan juga terdapat dalam cerita
wayang Jawa dan Madura. Jadi bahasanya juga dipakai untuk wayang Jawa dan
Madura. Dengan demikian hikayat Sri Rama ini termasuk versi yang kedua. Tetapi
Ziessiess menyimpulkan lain cerita ini sudah dikenal oleh orang Melayu bukan
pada zaman Malaka, tetapi pada zaman Sriwijaya sebelum terdapat lukisan di
Prambanan. Mungkin karena itu versi
melayu lebih dulu ada, kemudian masuk ke Jawa.
2.
Di luar Indonesia India, cerita Rama ini
dikenal di Sian (Kamboja) Birma dengan nama Ramakin yang dimainkan sebagai
pertunjukan wayang dan wayang populer. Di Kamboja disebut Reameake juga sebagai
pertunjukan wayang.
3.
Cerita Rama di India
Di India terdapat banyak
cerita-cerita Rama, sehingga sukar ditentukan mana yang asli. Versi Walmiki
dipandang sebagai versi yang banyak mengandung unsur-unsur yang asli. Versi ini
disusun pada abad ke 2/3 B.C. selain versi Walmiki cerita ini terdapat dalam cerita Budha dan
Yaina.
b.
Epos india/Epos Mahabrata
Cerita yang diambil dari Mahabrata
1. Hikayat
Sang Boma
Dr. A. Teew dalam disertasinya nama “Het Bhomakawya”
asalnya dari versi jawa kuno yang bernama Bhomakawya. Antara hikayat Bhoma dan
Bhomakawya terdapat perbedaan-perbedaan.
Perbandingan antara hikayat Sang
Bhoma dan Bhomakawya
1) Didalam
hikayat sang Bhoma kejadian-kejadian sebelum pokok cerita itu menjadi pasal
sendiri. Misalnya: percintaan Samba dengan Yanuati diceritakan pada permulaan
semacam pengantar, tetapi dalam Bhomakawya kejadian itu hanya diceritakan dalam
bentuk percakapan antara Kresna dan Maharasi.
2) a.
Dalam hikayat Sang Bhoma, perkawinan antara Samba dengan Yanuarti itu terjadi
pada akhir cerita sehingga Samba seakan-akan memegang peranan penting dari
permulaan sampai akhir. Sehingga hikayat sang Bhoma sering disebut hikayat sang
Samba. Sedangkan dalam Bhomakawya perkawinan Samba dengan Yanuarti terjadi di
tengah-tengah cerita sehingga Samba tidak menjadi peran pertama.
b. Munculnya peran Hanoman. Di
dalam hikayat Bhoma dan Hanoman memegang peranan ikut menyelesaikan cerita itu,
jadi peranannya penting. Tetapi dalam Bhomakawya peran Hanoman tidak muncul.
2. Hikayat
Pandawa Lima
Menurut Van Der Thuuk sumber
hikayat Pandawa Lima itu Bharatayuda ditambah dengan beberapa cerita lain.
3. Hikayat
Perang Pandawa
Menurut Hooykaas bersumber
Bharatayuda.
4. Ciclus
cerita wayang
Dinamakan demikian itu karena
cerita-cerita ini merupakan penghiayanatan daripada yang disajikan oleh dalang.
c.
Epos Jawa/Panji
Cerita Panji ini berasal dari kess jawa. Walaupun
dalam kess melayu terdapat banyak sekali cerita-cerita Panji tetapi skemanya
selalu sama, yaitu Panji mencari kekasihnya yang selalu hilang, ia menyamar dan
dibawa oleh sesuatu kekuatan gaib dan endingnya selalu bahagia.
Cerita panji termasuk cerita tua dalam kess melayu
buktinya Werdly banyak menyebut naskah-naskah ini selain berbentuk prosa banyak
pula yang diubah dalam bentuk syair. Namun menurut penyelidikan para ahli yang
melihat banyak kata-kata Jawa dan idiom Jawa serta pernyataan penulis sendiri
yang terdapat dalam naskah –naskah, tak dapat disangkal lagi bahwa cerita panji
berasal dari jawa.
d.
Epos Melayu/hikayat Hang Tuah
Hikayat Hang Tuah termasuk kess melayu yang bersifat
melayu asli. Asalnya suatu cerita yang historis. Inti historis ini kemudian
dicampur dengan anasir kess lain dan dengan jenis-jenis sastra melayu lainnya.
Namun belum dapat ditunjukkan dengan tepat mana yang historis dan bagianmana
yang legendaris. Tokoh Hang Tuah itu digambarkan sebagai historis person,
kemudian tampak sebagai legendaris person yang menggambarkan seseorang pahlawan
yang dicita-citakan oleh bangsa Melayu.
Unsur legendaris dalam hikayat Hang Tuah, misalnya
Hang Tuah dilukiskan sebagai seorang yang hidupnya lama sekali. Penjelasannya
sebagai berikut:
1)
Ia sezaman dengan Patih Gajah Mada yang
berarti hidup pada abad 14.
2)
Ia pernah mengunjungi Wijayanegara
berarti hidup pada abad 16, karena Wijayanegara didirikan pada tahun 1500 di
Siam.
3)
Ketika ia diutus ke Bizantium ia bertemu
dengan Sultan Syahaludin Syah yang memerintah 1530-1539.
4)
Ketika di Istambul ia bertemu dengan
Sultan Ibrahim Kakhand yang meninggal tahun 1632.
5)
Hang Tuah masih mengalami kekalahan
Malaka oleh Belanda pada tahun 1643.
6)
Pertemuan Hang Tuah sampai dua kali
dengan Nabi Chidir yang digambarkan sebagai seorang yang selalu hidup dan dapat
meramalkan kejadian yang akan datang.
7)
Akhir hidup Hang Tuah itu sebagai
pertapa di Tanjung Jurga dan menurut kepercayaan bangsa Melayu Hang Tuah abadi.
C. Peran
dan Fungsi Epos Bagi Pengembangan Pendidikan dan Budaya Nasional di Era Moderen
Di era moderen ini pendidikan berkarakter sering kita dengar.
Bahkan generasi penerus bangsa ini sudah sangat mengkhwatirkan dalam bidang moral. Masih banyak anak-anak
terpelajar yang kurang mendapatkan pengetahuan tentang moral, sehingga tidak
berbudi pekerti dan tidak berbudaya yang baik. Mereka cenderung meniru
budaya-budaya barat yang tidak cocok dengan kebudayaan di Indonesia.
Salah
satu masalah utama dalam bidang pendidikan dan kebudayan adalah masalah
identitas kebangsaan. Dengan derasnya arus globalisasi dikhawatirkan budaya
bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis. Budaya asing kini kian
mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Agar
eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan pemertahanan budaya lokal.
Fenomena anak usia sekolah yang senang dengan budaya asing menjadikan
kewaspadaan untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar menjadi bagian
integratif dalam pemelajaran sastra di sekolah. Budaya lokal merupakan budaya
yang dimiliki oleh suatu wilayah dan mencerminkan keadan sosial di wilayahnya.
Beberapa hal yang termasuk budaya lokal diantaranya adalah cerita rakyat, lagu
daerah, ritual kedaerahan, adat istiadat daerah, dan segala sesuatu yang
bersifat kedaerahan.
Dalam
rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan
berkesadaran nasional, perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat
nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari
luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan
bangsa.Dalam hal ini perlu dicegah kebudayaan asing yang negatif. Salah satu upayanya adalah memberikan arahan
sejak anak-anak. Misalnya, memperkenalkan budayanya sendiri sejak dini. Di
sekolah, usaha ini dapat dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur budaya daerah
ke dalam mata pelajaran, salah satunya adalah ke dalam pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia.
Salah
satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan
memperkenalkan budaya lokal kepada anak didik kita. Nilai-nilai budaya lokal
ini adalah jiwa dari kebudayaan lokal dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan di daerahnya. Memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk mendongeng
sebelum tidur misalnya merupakan budaya bangsa kita dahulu, yang pada masa kini
sudah mulai meluntur seiring berkembangnya zaman.
Berikut ini adalah sebagai contoh
epos cerita kakawin Ramayana, kakawin Ramayana adalah syair yang berisi
perjalanan Raden Rama dan ditulis dalam bentuk tembang bahasa Jawa Kuno. Dalam
Kakawin Ramayana ini banyak terkandung kebudayaan positif yang hidup pada zaman
kakawin tersebut ditulis. Sehinnga cerita kakawin Ramayana disini berperan
sangat penting untuk pendidikan moral dan kebudayaan indonesia yang kurang
mendapat dukungan. Fungsi utama
kebudayaan adalah untuk menyebarkan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Kode budaya
Kode budaya merupakan kebudayaan
yang melatarbelakangi Suatu cerita. Kode ini berkaitan dengan berbagai sistem
pengetahuan dan sistem nilai yang tersirat didalam teks, adapun kode budaya
yang tampak dalam epos Ramayana dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
1.
Upacara sesaji
Prabu
Dasarata sudah lama mendambakan seorang putra yang nantinya akan menjadi putra
mahkota. Walaupun Sang Raja sudah memperistri tiga wanita, namun beliau belum
juga dianugrahi putra. Atas nasehat dari Begawan Wasista, Prabu Dasarata
melaksanakan sesaji Asmawedha.
Kemudian Prabu Dasarat banyak memberikan pisungsung
(penghargaan) kepada para wasu-pitri,
begawan, resi, brahmana, para tapa, dan sebagainya. Selain itu sang prabu
juga memberikan dana weweh
(membagikan rizkinya) kepada kawula dasih
di Ayodya,dan tidak ada seorang pun yang tidak mendapatkan pemberian Sang
Prabu, akhirnya Prabu Dasarata pun dianugrahi empat putra yang sama tampan
rupawan dan sekti mandraguna.
Aplikasi
untuk masa sekrang adalah adanya sedekah atau sesaji. Sedekah bumi dan sedekah
laut yang dipersembahkan kepada Tuhan sang pencipta. Sedekah bumi biasanya
dilakukan oleh masyarakat yang mayoritas petani. Mereka membuat semacam
gunungan dari hasil panen yang kemudian diarak keliling kampung yang pada
akhirnya diperbutkan seluruh masyarakat. Kemudian sedekah laut biasanya dilakukan
oleh masyarakat pesisir atau biasa disebut dengan nyadran. Dengan harapan tuhan
akan memberkan hasil panen dan sedekah laut kedepannya bisa mendapatkan hasil
yang melimpah dan lebih baik lagi.
2.
Sayembara
Raden Rama mengikuti sayembara menthang langkap yaitu sayembara
mengangkat gandewa waja yang
merupakan gaman di negara
Manthiliharja. Raja Manhiliharja Prabu Janaka menjanjikan hadiah Dewi Sinta
sebagai istri kepada sang pemenang. Singkat cerita Raden Rama Wijaya berhasil
memenangkan sayembara dan membawa Dewi
Sinta ke Ayodya.
Aplikasi untuk kehidupan dijaman
sekarang adalah perlombaan atau kompetisi. Seperti halnya sayembara, perlombaan
juga memperebutkan hadiah. Kalau sayembara hadiahnya berupa perempuan kalau
perlombaan hadiahnya lebih kepada trophi dan uang.
3.
Tradisi Berburu
Raden Rama dan Raden Laksmana
berburu di dalam hutan Dhandaka untuk menangkap seekor kidang emas yang
merupakan jelmaan dari Kala Marica.
Kalau jaman dahulu berburu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, yaitu makan. Maka pada jaman sekarang berburu
lebih untuk menyalurkan hobi.
4.
Gotong Royong
Para wadya wanara sama bergotong
royong tanpa mengeluh untuk membangun tambak/jembatan menuju negri
Ngalengkadiraja. Walaupun tugas yang mereka kerjakan sangatlah berat, tapi
mereka mengerjakan semua itu dengan ikhlas. Mereka sama gugur gunung tanpa
pamprih demi kepentingan bersama.
Aplikasi dalam kehidupan sekarang,
gotong royong biasanya dilakukan oleh masyarakat desa atau dalam lingkup RT.
Biasanya gotong royong dilaksanakan pada hari Minggu atau hari libur. Pada
masyarakat desa tradisi gugur gunung ini sangat kental terasa karena jiwa
sosial mereka masih sangat kuat di banding dengan masyarakat yang hidup di
perkotaan.
5.
Menjamu Tamu
Prabu Dasamuka mempersilahkan Raden
Kumbakarna dan menjamunya dengan makanan kesukaannya. Prabu Dasamuka tahu kalau
Raden Kumbakarna pasti kelaparan setelah tapa sare sekian lama. Semua makanan
enak dihidangkan, tidak ketinggalan berpeti-peti minuman juga disuguhkan Sang
Prabu kepada Kumbakarna. Selain itu, Prabu Dasamuka juga menyambut hangat
kedatangan Anggada yang merupakan keponakannya dengan menjamun minuman-minuman
yang memabukkan.
Sudah menjadi kewajiban dijaman
sekarang ini untuk menjamu tamu yang datang kerumah kita. Sebagai wujud
penghormatan kita kepada tamu. Bahkan ada istilah tamu adalah raja.
6.
Penggunaan Senjata
Raden Rama tidak pernah meleset
dalam melepaskan Kiai Guwawijaya, semua yang telah dibidik Raden Rama pasti
tidak bisa luput. Lain halnya dengan kidang emas ini yang terlihat jinak namun
sangat gesit dan lihai dalam menghindari anak panah Raden Rama.
Aplikasinya di jaman sekarang ini,
panah dijadikan sebagai cabang olah raga yang diperlombakan. Kalau dahulu
senjata berupa panah, keris, pedang, tombak, dll. Sekarang dengan perkembangan
jaman senjata lebih beragam, seperti pistol, senapan laras panjang, granat,
rudal, dll.
7.
Pengembaraan
Raden Rama, Raden Laksmana dan Dewi
Sinta mengembara kedalam hutan Dhandaka selama 12 tahun. Semua itu dilakukan
sebagai buntut dari keinginan Dewi Kekayi yang khawatir Raden Rama akan
mengusik Raden Bharata.
Aplikasi pada kehidupan sekarang
mungkin biasa kita sebut merantau. Merantau banyak dilakukan oleh masyarakat
Sumatra. Sudah menjadi tradisi dari dahulu bahwa seorang laki-laki Sumatra yang
sudah dewasa wajib untuk pergi merantau demi masa depannya. Namun, sekarang
tradisi merantau ini sudah bukan milik masyarakat Sumatra saja. Banyak juga
orang Jawa yang berasal dari desa merantau kekota yang mereka anggap dapat
memberikan masa depan.
8.
Penentuan Raja
Sebenarnya putra Prabu Dasarata yang
paling pantas untuk meneruskan kerajaan Ayodya adalah Raden Rama Wijaya. Selain
sebagai putra tertua dan terhebat, beliau juga merupakan putra mahkota yang
lahir dari permaisuri Dewi Ragu.
Sampai sekarang kriteria tentang
putra mahkota yang akan ditetapkan menjadi raja masih sama dengan jaman dahulu
yaitu putra mahkota tertua. Terutama untuk negara yang menganut sistem
pemerintahan monarchi.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kita tarik
kesimpulan, bahwa wujud dan macam epos banyak memberikan pengaruh besar
terhadap pendidikan dan kebudayaan bangsa lokal di era moderen yang memberikan
peran dan fungsinya dalam upaya
penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal, seperti nilai
religius, nilai moral, dan khususnya nilai kebangsaan kepada peserta didik.
Agar bangsa tetap menjadi pribadi yang kokoh serta menanamkan nilai kesopanan,
sehingga tidak mudah kemakan oleh kebudayaan asing yang kurang baik dan ketidak
paduan diantara keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar