Selasa, 29 April 2014

Contoh Makalah Antonim



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Kata-kata di dalam sebuah bahasa sering kali memiliki hubungan bentuk secara kebetulan dengan kata lain, padahal masing-masing tidak memperlihatkan hubungan makna. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonomi), kegandaan makna (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi). Dari sekian banyak hubungan bentuk dan makna yang ada, sejumlah di antaranya memiliki kedudukan yang sentral di dalam semantik.
Jika dihubungkan dengan makna, ternyata ada kata yang bertentangan maknanya, hal itu dibahas pada bagian antonimi. Selain itu, ada kata yang berhierarki yang maknanya masih saling berhubungan, hal itu dibahas pada bagian hiponimi. Selain kenyataan-kenyataan ini, dalam hubungan makna, ada bentuk yang sama tetapi maknanya berbeda; sementara ada kata yang bentuknya berbeda-beda tetapi maknanya sama, dan ada juga kata yang maknanya lebih dari satu. Hal-hal itu akan dibicarakan pada bagian yang disebut homonimi, sinonimi, dan polisemi. Hal ini pula yang mendasari kami untuk mengangkat dalam sebuah makalah yang berjudul “Antonim” .


B.     Rumusan masalah
Materi yang dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut.
1.      Pengertian antonim
2.      Ragam antonim
3.      Oposisi makna

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Antonim
Istilah antonim (Inggris: antonymy)  berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang artinya ‘nama’, dan anti  yang artinya ‘melawan’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata antonim dimaknai sebagai kata yang berlawanan makna dengan kata lain, seperti contohnya kata pandai merupakan antonim dari kata bodoh. Pada kedua kata tersebut jelas terdapat makna yang bersinggungan satu sama lain yaitu kata pandai melambangkan orang yang cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu, sedangkan kata bodoh melambangkan orang yang sulit menangkap pelajaran.
Secara semantik, Verhaar (1983:133) mengatakan: “Antonim adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frasa atau kalimat)yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain.” Secara mudah dapat dikatakan, antonim adalah kata-kata yang maknanya berlawanan.
Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah. Jadi, kalau kata bagus berantonim dengan kata  buruk  maka kata buruk juga berantonim dengan kata bagus; dan kalau kata membeli  berantonim dengan kata menjual maka kata menjual pun juga berantonim dengan kata membeli.
Istilah antonim kadang-kadang dipertentangkan dengan istilah sinonim,tetapi status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan dapat diidentifikasi secara tepat.

B.     Ragam Antonim
Crystal (dalam Ba’dulu, 2001:25) antonimi merujuk secara kolektif kepada semua jenis perlawanan semantis. Antonim adalah hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
Jenis antonim :
a. Antonim yang bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak
b. Antonim yang bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat
c. Antonim yang bersifat relasional, contoh : suami x istri
d. Antonim yang bersifat hierarkial, contoh : jenderal x kapten
Selanjutnya, Verhaar (dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu:
1.      Antonim antarkalimat, contoh: Dia cantik dan Dia tidak cantik.
2.      Antonim antarfrase, contoh: secara teratur dan secara tidak teratur.
3.      Antonim antarkata, contoh: kuat dan lemah; kencang dan lambat.
4.      Antonim antarmorfem, contoh: thankful dan thankless (Inggris), yang berantonim adalah morfem ful dan les.

C.    Oposisi Makna
Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna, seperti pada uraian berikut ini:
1.      Oposisi mutlak
Kata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak termasuk dalam jenis ini. Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah pasti tidak mati, sedangkan orang yang mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, begitu pula sebaliknya sesuatu yang bergerak pasti tidak diam.
2.      Oposisi kutub
Ada kata-kata yang pertentangannya tidak mutlak, tetapi berjenjang/bertingkat. Contoh: kata kaya dengan miskin. Kaya dengan miskin tidak memiliki pertentangan yang mutlak.
 Orang yang kaya kadangkala masihmerasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin ada yang merasa tidak miskin.
Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif. Contoh: cantik dengan jelek, periangdengan pendiam, pintar dengan bodoh, dan sebagainya.
3.      Oposisi hubungan
Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak akan muncul kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan saling melengkapi.
Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah: pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, dan sebagainya. Sedangkan contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah: guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan.
4.      Oposisi Hierarkial
Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan, dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan contoh kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena berada dalam jenjang kepangkatan.
5.      Oposisi majemuk
Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja, melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan kejam.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan:
1.      Istilah antonim (Inggris: antonymy)  berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang artinya ‘nama’, dan anti  yang artinya ‘melawan’.
2.      Ragam antonim ada empat, yaitu antonim yang bersifat mutlak, bergradasi, relasional dan hierarkial.
3.      Verhaar (dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu antonim antarkalimat, antarfrase, antarkata dan antarmorfem.
4.      Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna, yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial dan oposisi majemuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...