PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali
kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata
atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.
Kata-kata di dalam sebuah bahasa sering kali memiliki hubungan bentuk secara
kebetulan dengan kata lain, padahal masing-masing tidak memperlihatkan hubungan
makna. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna
(sinonimi), kebalikan makna (antonomi), kegandaan makna (polisemi),
ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi). Dari sekian banyak
hubungan bentuk dan makna yang ada, sejumlah di antaranya memiliki kedudukan
yang sentral di dalam semantik.
Jika dihubungkan dengan makna, ternyata ada kata yang
bertentangan maknanya, hal itu dibahas pada bagian antonimi. Selain itu, ada
kata yang berhierarki yang maknanya masih saling berhubungan, hal itu dibahas
pada bagian hiponimi. Selain kenyataan-kenyataan ini, dalam hubungan makna, ada
bentuk yang sama tetapi maknanya berbeda; sementara ada kata yang bentuknya
berbeda-beda tetapi maknanya sama, dan ada juga kata yang maknanya lebih dari
satu. Hal-hal itu akan dibicarakan pada bagian yang disebut homonimi, sinonimi,
dan polisemi. Hal ini pula yang mendasari kami untuk mengangkat dalam sebuah
makalah yang berjudul “Antonim” .
Materi yang dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut.
1. Pengertian
antonim
2. Ragam
antonim
3. Oposisi
makna
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Antonim
Istilah antonim (Inggris: antonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang artinya ‘nama’, dan anti yang artinya ‘melawan’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata antonim
dimaknai sebagai kata yang berlawanan makna dengan kata lain, seperti contohnya
kata pandai merupakan antonim dari kata bodoh. Pada kedua kata tersebut jelas
terdapat makna yang bersinggungan satu sama lain yaitu kata pandai melambangkan
orang yang cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu, sedangkan kata bodoh
melambangkan orang yang sulit menangkap pelajaran.
Secara semantik, Verhaar (1983:133) mengatakan: “Antonim adalah ungkapan (biasanya kata,
tetapi dapat juga frasa atau kalimat)yang dianggap bermakna kebalikan dari
ungkapan lain.” Secara mudah dapat dikatakan, antonim adalah kata-kata yang
maknanya berlawanan.
Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat
dua arah. Jadi, kalau kata bagus berantonim
dengan kata buruk
maka kata buruk juga
berantonim dengan kata bagus; dan
kalau kata membeli berantonim dengan kata menjual maka kata menjual pun
juga berantonim dengan kata membeli.
Istilah antonim kadang-kadang dipertentangkan dengan istilah
sinonim,tetapi status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan
dapat diidentifikasi secara tepat.
B.
Ragam
Antonim
Crystal (dalam Ba’dulu, 2001:25)
antonimi merujuk secara kolektif kepada semua jenis perlawanan semantis.
Antonim adalah hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
Jenis antonim :
a. Antonim yang
bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak
b. Antonim yang
bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat
c. Antonim yang
bersifat relasional, contoh : suami x istri
d. Antonim yang bersifat hierarkial,
contoh : jenderal x kapten
Selanjutnya, Verhaar (dalam Chaer, 1997:
26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu:
1.
Antonim antarkalimat, contoh: Dia cantik dan
Dia tidak cantik.
2.
Antonim antarfrase, contoh: secara teratur dan
secara tidak teratur.
3.
Antonim antarkata, contoh: kuat dan lemah;
kencang dan lambat.
4.
Antonim antarmorfem, contoh: thankful dan
thankless (Inggris), yang berantonim adalah morfem ful dan les.
C. Oposisi
Makna
Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering
juga disebut dengan istilah oposisi makna, seperti pada uraian berikut ini:
1. Oposisi mutlak
Kata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak
termasuk dalam jenis ini. Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah
pasti tidak mati, sedangkan orang yang mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam
dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, begitu pula sebaliknya
sesuatu yang bergerak pasti tidak diam.
2.
Oposisi kutub
Ada kata-kata yang pertentangannya tidak mutlak, tetapi
berjenjang/bertingkat. Contoh: kata kaya dengan miskin. Kaya dengan miskin
tidak memiliki pertentangan yang mutlak.
Orang yang kaya
kadangkala masihmerasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin ada yang
merasa tidak miskin.
Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata
adjektif. Contoh: cantik dengan jelek, periangdengan pendiam,
pintar dengan bodoh, dan sebagainya.
3. Oposisi hubungan
Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling
berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang lain.
Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru bersamaan hadir
dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak akan muncul kata murid.
Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan saling melengkapi.
Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata
kerja dan kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain
adalah: pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, dan sebagainya. Sedangkan
contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah:
guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan.
4. Oposisi Hierarkial
Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang
berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan,
penanggalan, dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan
contoh kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam deretan
ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena berada dalam
jenjang kepangkatan.
5. Oposisi majemuk
Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata
saja, melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat beroposisi
dengan judes, galak, bengis, dan kejam.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan:
1. Istilah
antonim (Inggris: antonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang artinya ‘nama’, dan anti yang artinya ‘melawan’.
2. Ragam antonim ada
empat, yaitu antonim yang bersifat mutlak, bergradasi, relasional dan
hierarkial.
3. Verhaar
(dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu antonim
antarkalimat, antarfrase, antarkata dan antarmorfem.
4. Menurut
Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna,
yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarkial dan
oposisi majemuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar