BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan resume buku tentang Konsep Adiluhung ini
guna memenuhi tugas perkuliahan Kajian Puisi yang diampu oleh Dosen Abdul
Wachid B.S. Adiluhung
memiliki persamaan arti dengan kata luhur, mulia, tinggi, serta nilai – nilai
seni budaya yang wajib dipelihara. Makna kata luhur adalah cita – cita yang
mulia yang bersedia mengorbankan jiwa dan raga.Jadi dapat disimpukan bahwa
Adiluhung adalah nilai – nilai luhur yang mampu memberikan kebijakan agar
mengarah kepada kebenaran. Suatu
kebenaran akan diperoleh dengan mudah apabila seseorang memiliki hati atau
qalbu yang terjaga dan suci. Oleh karena itu, adiluhung dapat memberikan
pencerahan berdasarkan syariat yang terus dilestarikan meskipun telah terjadi
perubahan ideologi masyarakat. Pembahasan mengenai puisi-puisi
berbasis islam atau sufi yang memiliki nilai Adilihung sangat menarik untuk
dibahas lebih dalam seperti yang ada di dalam buku ini.
Bagaimana cara penulis mengkaji sebuah puisi
menggunakan teori Hermeneutika yang kemudian digabungkan dengan konsep
Adiluhung. Bukan hanya metafora, simbol, dan konsep saja yang dibahas, jauh
lebih dalam mengenai filosofis dan pengaruh yang mendasari ditulisnya sebuah
puisi oleh penyair.
B.
Rumuan
Masalah
Penulisan makalah ini untuk mengetahui konsep nilai
Adiluhung yang digunakan oleh Arif Hidayat untuk mengkaji puisi-puisi Zainal
Arifin Thoha menggunakan teori Hermeneutrik.
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi yang diampu oleh dosen
Abdul Wachid B. S., dan menjelaskan serta menguraikan secara singkat mengenai
isi buku tentang Teori Hermeneutika dan Konsep Adiluhung dalam puisi-puisi
Zainal Arifin Thoha.
D.
Manfaat
Semoga dengan
penulisan makalah ini dapat membantu pemahaman mengenai konsep Adiluhung dan
teori Hermeneutika.
DESKRIPSI NASKAH (BAGIAN PERTAMA)
A. Identitas Buku
1. Judul
: Aplikasi Teori Hermeneutika dan
Wacana Kritis
2. Penulis : Arif Hidayat,
S.Pd.,M.Hum
3. Penerbit :
STAIN Press Purwokerto
4. Kota
Terbit :
Purwokerto
5. Tahun
Terbit : 2012
6. Tebal
halaman : xviii + 250 halaman
7. Ukuran
buku : 15,5 x 23,5 cm
8. Harga : Rp
50.000,00
B.
BAB
I Pengantar
Bagian pengantar
berisi tentang pengertian puisi dan penjelasanpuisi sufi yang banyak terdapat
di Indonesia. Puisi tidak hanya merupakan keindahan estetika, tetapi juga
menawarkan kandungan falsafah agung mengenai realitas. Terdapat beberapa
puisi-pusi Indonesia yang mengandung nilai adiluhung yang sangat kental dengan
falsafah Islam. Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perkembangan agama
islam dan sebagai penulis, sepertiZainal Arifin Thoha. Di dalam pengantar ini
juga dijelaskan kenapa penulis melakukan penelitian tentang adanya gagasan
konsep adiluhung.Yang
melatarbelakangi penulis ( Arif Hidayat ) melakukan penilitian adalah penulis melihat bahwa teks puisi yang dituliskan oleh
ZainalArifin Thoha memiliki kecenderungan beraliran sufi dengan mengomposisikan
sisi tasawuf dengan realitas masyarakat dan adanya kejadian yang
ironis dalam perkembangan perpuisian di Indonesia, termasuk puisi Zainal Arifin
Thoha yang memberikan kontribusi besar terhadap pengayaan intertekstual masih
minim apresiasinya oleh masyarakat pembaca-ahli ( kritikus). Karena adanya hal – hal tersebut, maka penulis bersikeras
untuk melakukan penelitian.
Puisi yang
dibicarakan lebih fokus pada puisi sufi yang bernilai adiluhung yang sangat
kental dengan falsafah islam. Selain itu juga mebicarakan mengenai tokoh –
tokoh yang memiliki pengetahuan luas dan melahirkan karya – karya penting di
bidang keagaamn dan sastra, baik bahasa Melayu maupun bahasa Arab. Tokoh –
tokoh yang dibicarakan antara lain Hamzah Fansuri,Syamsudin Pasai, Bukhari
al-Jauhari, Nuruddin al-Raniri, Abdul Jamal, dan masih banyak lainnya. Dari
beberapa tokoh yang disebutkan di atas, dbicarakan lebih khusus mengenai salah
satu tokoh yang memberikan sumbangan besar
terhadap pencerahan kehidupan bangsa Indonesia. Tokoh tersebut yaitu
Zainal Arifin Thoha.
Zainal Arifin
Thoha merupakan ulama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan islam dan
menulis karya penting dalam ranah perpuisian Yogyakarta pada khususnya, dan
Indonesia pada umumnya. Puisi – puisi yang di tulis oleh Zainal Arifin Thoha
memiliki kecenderungan beraliran sufi dengan mengomposisikan sisi tasawuf
dengan realitas masyarakat Yogyakrta yang sangat menjaga nilai – nilai budayanya.
Selanjutnya pada bagian pengantar juga dibicarakan
mengenai gagasan adiluhung dalam karya sastra yang mengacu kepada karya sastra
lama.Penulis menjelaskan bahwa gagasan tentang konsep adiluhung di dalam karya
sastra sesungguhnya terletak pada pengejawatan nilai luhur atau mulia. Konsep
adiluhung yang terjadi di Indonesia- Jawa khususnya banyak dipengaruhi oleh
paham animisme, dinamisme, dan agama Hindu dan Budha
yang menjadikan munculnya warna baru dalam ritus yang dimiliki masyarakat
Indonesia. Yang kemudian disusul oleh Wali Sanga menyebarkan Islam dan
mempengaruhi banyak sekali aspek dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
BAB
II (Simbol, Hermeneutika Ta’wil dan Konsep Adiluhung)
1.
Hakekat
Simbol
Membicarakan
tentang arti simbol menurut para ahli.Dalam pembicaraan mengenai arti symbol
terdapat perbedaan pendapat antara para ahli.Abdul Hadi yang berpedoman pada
pendapat Hans-Georg Gadamer mengemukakan bahwa symbol berasal dari bahasa
Yunani “symballein” yang berarti
melontar bersama.Sedangkan Paul Riceour mengemukakan bahwa simbol adalah “sumballo” yang berarti menghubungkan
atau menggabungkan. Pemakaian simbol di dalam puisi terjadi
karena adanya bahasa kiasan seperti metonimi, metafora, ataupun personifikasi.
Fokus
pembicaraan dalam sub bab ini adalah mengenai simbol di dalam puisi sufi.
Penulis menjelaskan bahwa simbol pada puisi sufi muncul dikarenakan adanya
keterbatasan bahasa untuk mengilustrasikan pengalaman spiritual yang dialami di
dimensi lain sehingga teks membutuhkan tamsil untuk menjelaskan konteks dan
kontekstualisaasinya. Menurut penulis, dengan adanya simbol yang hadir dalam
puisi sufi bukanlah termasuk pembunuhan makna melainkan menciptakan makna yang
konteksnya adalah pengalaman spiritual.Dalam kaitan ini, kepekaan yang luar
biasa dapat menjadi transformasi informasi pengalaman spiritual secara
simbolik. Menurut penulis, puisi sufi semua keindahannya dan semua realitas
merupakan milik Allah. Penulis juga membubuhkan beberapa ayat
al-Quran di dalam tulisannya untuk mendukung konsep yang dijelaskannya.
Keterkaitan al-Quran dalam simbol yang natural dan
objektif karena al-Quranlah yang mampu menerangkannya. Adapun bahasa al-Quran
yang masih simbolik sebenarnya mampu diirujuk pada ayat lain yang masih
terkandung di dalam al-Quran. Rujukan lainnya adalah al-Hadis yang mampu
menjelaskan al-Quran sebagaimana proses turunnya (azbabun nuzul).
2.
Hermeneutika
Ta’wil
Dalam sub bab
ini, penulis membicarakan tentang perbedaan ta’wil dengan hermeneutika,
pengertian ta’wil,
asal mula tradisi ta’wil,
orientasi ta’wil dan kegunaan
ta’wil,
peranan ta’wil,
penerapan dari ta’wildanperanan
ta’wil terhadap simbol- simbol. Adapun kaidah ta’wil itu sendiri
secara esensinya ialah cara menafsirkan hubungan tersembunyi antara berbagai
fenomena di alam dan membayangkan adanya keberadaan alam lain di atasnya.
Kajian terpenting dari ta’wil yaitu menghubungkan teks dengan kebudayaan,
agama, dan pandangan hidup.
Perbedaan
ta’wil dengan hermeneutika, menurut pandangan beberapa orang keduanya adalah sama karena
pandangan ini berdasarkan pada orientasi kajian yang sama, yaitu simbol. Akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata
terdapat perbedaan. Ta’wil muncul dari pemikiran islam dan hermeneutika muncul
dari pemikiran Barat. Akar kata hermeneutika berasal dari
Yunani dari kata kerja “hermeneuein” yang berarti “menafsiran” dan kata benda
“hermenia” yang berarti “interpretasi. Ta’wil berasal dari kata awwal yang berarti pertama
atau yang pertama, sebutan yang diberikan kepada Sang Pencipta.selain itu juga
kaidah ta’wil adalah cara menafsirkan hubungan tersembunyi antara berbagai
fenomena di alam dan membayangkan adanya keberadaan alam lain di atasnya.
Tradisi ta’wil
bermula dari ikthisar – orang arif( baik) untuk memahami Al-Qur’an lebih dalam.
Al-Qur’an diyakini memiliki nilai- nilai mulia apabila kita mengamalkannya.
Dengan memahami dan mengamalkan Al-Qur’an, maka seseorang akan mendapatkan
identitasnya sebagai manusia, dapat menjaga alam semesta, dan mampu mengenal
Tuhannya. Sebab itu apa yang terkandung dalam al-Quran harus
benar-benar dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman mengaplikasikannya di
dalam kehidupan sehari-hari.
Orientasi
ta’wil dan kegunaan ta’wil. Orientasi ta’wil tidak hanya memberi tamsil pada
Al- Qur’an tetapi juga digunakan untuk memahami citra simbolik pada beberapa
teks lain, seperti
puisi(sufi). Alasan menggunakan ta’wil karena adanya
maksud-maksud tersembunyi secara simbolik.
Peranan ta’wil
adalah dengan adanya ta’wil dapat membuka ruang lingkup sebagai bagian dari
makna sekaligus menangkap teks sebagai suatu keseluruhan rantai makna parsial (fragmentaris)
dalam analisis. Oleh karena itu,antara pengetahuan dan keindahan yang
terkandung di dalam teks tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan
koherensi makna. Di dalam suatu teks sering menampilkan dua keindahan yaitu
keindahan luar dan keindahan dalam. Keindahan luar dapat dilihat dengan mata
kasar tapi keindahan dalam hanya dapat
dilihat oleh mata hati dan cahaya visi keruhanian manusia.
Penerapan
ta’wil tidak hanya mengacu pada pemahaman symbol saja. Akan tetapi juga mengacu
kepada kebenaran Al- Qur’an dan Hadis agar teks sesuai dengan
kosmologinya.Kosmologi artinya hubungan antara teks dengan dunia nyata.Peranan ta’wil terhadap simbol – simbol. Dalam sub bab
ini, penulis mengemukakan bahwa dengan adanya ta’wil dapat memosisikan symbol-simbol sesuai dengan maknanya secara natural dan
universal. Simbol dikembalikan kepada yang telah semestinya
sehingga memunculkan paralelisme antara realita sosial dan realita transenden.
3.
Hakekat
Adiluhung
Dalam sub bab
yang ketiga ini, penulis banyak membicarakan tentang hakikat adiluhung serta
konsep adiluhung terhadap puisi Islam (sufi).
Adiluhung
memiliki persamaan arti dengan kata luhur, mulia, tinggi, serta nilai-nilai seni budaya yang wajib dipelihara.
Luhung sendiri sama dengan luhur, tinggi, dan mulia.Makna kata luhur adalah cita-cita yang mulia yang bersedia mengorbankan jiwa dan
raga.Jadi dapat disimpukan bahwa Adiluhung adalah nilai – nilai luhur yang mampu
memberikan kebijakan agar mengarah kepada kebenaran.Adiluhung
sendiri dapat dikatakan sebagai pandangan hidupp yang memiliki kebenaran
ataskehidupan berdasarkan falsafah budaya. Suatu kebenaran akan diperoleh dengan mudah apabila
seseorang memiliki hati atau qalbu yang terjaga dan suci. Oleh karena itu,
adiluhung dapat memberikan pencerahan berdasarkan syariat yang terus dilestarikan
meskipun telah terjadi perubahan ideologi masyarakat.
Selanjutnya,
penulis mengemukakan tentang konsep adiluhung.Menurut penulis, konsep adiluhung
berakar pada asimilasi budaya yang memiliki keselarasan dalam suatu
pandangan.Keselarasan itu terlihat pada orientasinya untuk tidak mengubah
keharmonisan hidup.Konsep adiluhung mengupayakan adanya pertalian yang kuat
agar tidak terjadi perselisihan.Dengan adanya konsep adiluhung ini, sesorang
dapat menjaga nilai ( falsafah) yang baik agar keharmonisan hidup dapat
terjaga. Selanjutnya dengan adanya nilai falsafah yang sudah mengakar dalam
jiwa maka menjadikan seseorang mudah dalam memasuki kejujuran dan kebenaran,
keikhlasan, cinta kasih saying yang tulus terhadap sesame, alam semesta,serta
kepada Tuhan.
B.
BAB
III ( Puisi-Puisi Bernilai Adiluhung)
a.
Inventarisasi
Simbol dalam Buku Puisi Engkaulah
Cinta Akulah Rindu
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil
analisis terhadap buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu karya Zainal Arifin
Thoha. Dalam analisis kali ini, penulis tidak hanya menelaah tentang symbol
saja , tetapi juga membahas tentang akar filosofi dan pengaruh ajaran ilmu dan
ajaran jawa. Selain itu juga, penulis juga akan membahas tentang pemahaman
terhadap budaya, filsafat, dan agama yang telah memberikan pengaruh terhadap
teks.
Inventaris simbol dan identifikasi simbol bertujuan untuk
menentukan secara lebih rinci simbol – simbol yang terkandung dalam buku puisi
Engkaulah Cinta Akulah Rindu .Dalam analisi kali ini, penulis mengemukakan
bahwa hermeneutika ta’wil dalam hal ini mempunyai kegunaan yaitu hermeneutika
ta’wil mencari realitas wujud hakiki yang terdapat dalam teks puisi.
Selanjutnya simbol yang menjadi gagasan utama “ konsep adiluhung” dalam buku
puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu meliputi symbol mikrokosmos dan makrokosmos
yang menyatu, pengalaman cinta dan rindu, serta symbol puisi yang menduduki
pengungkapan pengetahuan atas pengalaman ruhani.
1.
Mikrokosmos
dan Makrokosmos
Penulis
mengungkapkan bahwa simbol mikrokosmos dan makrokosmos merupakan citraan
simbolik untuk mengenal Tuhan.Simbol mikrokosmos dan makrokosmos memiliki
keterikatan atau saling ketergantungan, seperti mata rantai
dan membentuk rantai makna di dalamnya; saling bergantung.
2.
Rindu
dan Cinta
Dalam sub bab
ini, penulis memaparkan bahwa buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu berisi
tentang cinta dan rindu. Cinta dan Rindu yang diungkapkan dalam buku ini
merupakan pengambaran pengalaman keruhanian mistik dan ditempuh dengan luar
biasa.Cinta dan Rindu tidak pernah lepas dari keikhlasan menaati perintah –Nya
dan menjauhi larangan-Nya.Oleh karena itu, menurut penulis gagasan cinta dan
rindu menjadi tampak bersahaja, indah, dan memiliki kedalaman makna yang agung.
Selanjutnya,
penulis mengungkapkan tentang kelebihan dari puisi Thoha dalam mengungkapkan
Cinta dan Rindu.Kelebihan itu adalah metafora dan personifikasi yang digunakan
tidak berlebihan tapi mengalir bebas tanpa paksaan.
3.
Puisi
Dalam sub bab ini mengungkapkan bahwa puisi yang
terdapat dalampuisi karya Thoha tidak hanya dipandang sebagai ungkapan, tetapi
juga merupakan ekspresi spiritual yang unik. Selain itu dalam sub bab ini
membahas ini tentang simbol. Simbol yang di bahas dalam sub bab ini adalah
simbol “puisi”. Kata “puisi” adalah
simbol dan dikaitkan dengan simbol pengetahuan (ma’arifah). Simbol “puisi” menjadi pilihan di dalam buku puisi Engkau
Cinta Akulah Rindu unjtuk mengungkapkan pengalaman spiritual di dalam tadarus.
Puisi di sini dijadikan sebagai proyeksi
dari ritualyang merupakan ekspresi nilai – nilai tauhid.
Dari yang disampaikan penulis, puisi merupakan
kumpulan benang pengetahuan kejiwaan mengenai realitas atas peristiwa –
peristiwa yangmungkin terlupakan. Peristiwa yang terbentang antara tubuh (
aku-lirik) dan semesta yang luas. Selain itu, penulis mengungkapkan bahwa puisi
mengandung pengetahuan mengenai berbagai realitas yang diproyeksikan melalui
imjinasi. Pengaruh puisi dapat terjalin melalui nuansa keindahan yang
memunculkan keberkesanan dan ketakjuban. Dalam hal ini, puisi bukanlah sebuah
doktrin ataupun dogma yang menakutkan, tetapi pusis lebih mencakup puitika
sebagai alunan peristiwa penuh dengan ide kasih sayang (rahman rahim). Pengaruh
puisi dapat terjalin melalui nuansa keindahan yang memunculkan keberkesanan dan
ketakjuban melalui pesona alam. Adapun pesona alam di dalam puisi bersifat
historis hadir sebagai metafor(a) dan personifikasi. Di sinilah imajinasi
menyusun simbol dan pengetahuan.
b.
Pemaknaan
terhadap Simbol dan Ruang Filosofisnya
1.
Pandangan
Tasawuf Jawa
Dijelaskan dalam buku ini bahwa puisi Engkaulah
Cinta Akulah Rindu dipengaruhi oleh tasawuf jawa. Pengaruh ini menurut penulis
telah kental dan melekat, baik dalam pemikiran maupun struktur bahasa. Pengaruh
tasawuf jawa merupakan latar belakang sosial budaya yang dalam analisis ini
menjadi penting. Tasawuf jawa dalam analisis ini merupakan cara pandang
masyarakat jawa terhadap mistik agama.
2.
Konsep
Adiluhung tentang Mikrokosmos dan Makrokosmos
Dalam penjelasan
sub bab ini, penulis membahas tentang kegunaan simbol mikrokosmos dan
makrokosmos. Selain itu juga membahas tentang karakteristik simbol mikrokosmos
dan makrokosmos.
Penulis
menjelaskan bahwa simbol mikrokosmos dan makrokosmos bukan menjadi topik
pertama dalam pembahasan buku ini. Akan tetapi kedua simbol itu digunakan untuk
mendalami nilai – nilai adiluhung pada esensi cinta dan rindu. Simbol
mikrokosmos dan makrokosmos memiliki karakteristik yang unik dan menarik.
Karakteristik itu muncul pada kekuatan pertautan antara subjek (aku-lirik) dan
dunia luar. Dengan adanya pertautan tersebut makannya dunia muncul secara
seimbang. Dapat disimpulkan bahwa simbol mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos
(alam semesta) saling bertemu untuk menjelaskan kehadiran-Nya.
Dalam buku puisi
Engkaulah Cinta Akulah Rindu, peranan manusia lebih dominan. Pandangan ini
nukan berarti mendekatkan kepada paham antroposentris, sebagaimana manusia
memandang filsafat. Namun, pandangan ini tidak mutlak menekankan manusia
sebagai titik pusat kajian. Posisi manusia sama halnya dengan makhluk yang
lain, yakni sebagai bagian dari alam semesta, dan di suatu sisi manusia juga sebagai
khalifah, dimana mikrokosmos dapat menampung makrokosmos. Di sinilah uniknya
manusia.
3.
Konsep
Adiluhung tentang Puisi, Rindu, dan Cinta
Dalam sub bab yang terakhir, penulis mengemukakan
bahwa tema yang hadir dala puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu adalah cinta dan
rindu. Cinta dalam buku ini dipersepsikan sebagai ekspresi puitik yang indah
dan menjadi jalinan ungkapan kasih sayang.Penulis menjelaskan pula bahwa cinta
dan puisi merupakan implementasi dari kekayaan pengetahuan, sekaligus menjadi
paradigm penting untuk mengenal Tuhan. Posisi kehadiran puisi sebagai
pengetahuan seorang sufi dalam ritusnya ( cinta kepada Allah) merupakan
pengalaman puitik. Kesimpulandari sub bab ini adalah dengan puisi kita akan
memunculkan cinta, dan dengan cinta kita dapat menembus semua kerinduan. Yang
semua itu hanya tertuju kepada Allah.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari banyak sekali
penjelasan yang sudah terpaparkan di atas bahwa pada dasarnya puisi-puisi karya
Zainal Arifin Thoha berbasis puisi Islam (sufi). Hal ini dapat dilihat dari
konsep adiluhung yang dibahas oleh Arif Hidayat melalui teori hermeneutika.
Tidak hanya metafora, simbol, dan konsep saja yang dibahas, tetapi juga
bagaimana terbentuk, terjadi, dan terciptanya puisi tersebut oleh penulis yang
dilatarbelakangi pola kehidupan penulisnya dan masyarakat sekitar. Objek yang
dikajinya juga seluruh alam semesta.
Hidayat, Arif. 2012. Aplikasi Teori
Hermeneutika dan Wacanaa kritis. Purwokerto: STAIN Press Purwokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar