Selasa, 29 April 2014

CONTOH MAKALAH KONSEP ADILUHUNG DALAM BUKU MISTISISME CAHAYA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penulisan resume buku tentang Konsep Adiluhung ini guna memenuhi tugas perkuliahan Kajian Puisi yang diampu oleh Dosen Abdul Wachid B.S. Adiluhung memiliki persamaan arti dengan kata luhur, mulia, tinggi, serta nilai – nilai seni budaya yang wajib dipelihara. Makna kata luhur adalah cita – cita yang mulia yang bersedia mengorbankan jiwa dan raga.Jadi dapat disimpukan bahwa Adiluhung adalah nilai – nilai luhur yang mampu memberikan kebijakan agar mengarah kepada kebenaran.  Suatu kebenaran akan diperoleh dengan mudah apabila seseorang memiliki hati atau qalbu yang terjaga dan suci. Oleh karena itu, adiluhung dapat memberikan pencerahan berdasarkan syariat yang terus dilestarikan meskipun telah terjadi perubahan ideologi masyarakat. Pembahasan mengenai puisi-puisi berbasis islam atau sufi yang memiliki nilai Adilihung sangat menarik untuk dibahas lebih dalam seperti yang ada di dalam buku ini.
Bagaimana cara penulis mengkaji sebuah puisi menggunakan teori Hermeneutika yang kemudian digabungkan dengan konsep Adiluhung. Bukan hanya metafora, simbol, dan konsep saja yang dibahas, jauh lebih dalam mengenai filosofis dan pengaruh yang mendasari ditulisnya sebuah puisi oleh penyair.
B.     Rumuan Masalah
Penulisan makalah ini untuk mengetahui konsep nilai Adiluhung yang digunakan oleh Arif Hidayat untuk mengkaji puisi-puisi Zainal Arifin Thoha menggunakan teori Hermeneutrik.
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Puisi yang diampu oleh dosen Abdul Wachid B. S., dan menjelaskan serta menguraikan secara singkat mengenai isi buku tentang Teori Hermeneutika dan Konsep Adiluhung dalam puisi-puisi Zainal Arifin Thoha.
D.    Manfaat
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat membantu pemahaman mengenai konsep Adiluhung dan teori Hermeneutika.


BAB II
DESKRIPSI NASKAH (BAGIAN PERTAMA)
A.    Identitas Buku
1.      Judul                   : Aplikasi Teori Hermeneutika dan Wacana Kritis
2.      Penulis                : Arif Hidayat, S.Pd.,M.Hum
3.      Penerbit               : STAIN Press Purwokerto
4.      Kota Terbit          : Purwokerto
5.      Tahun Terbit        : 2012
6.      Tebal halaman     : xviii + 250 halaman
7.      Ukuran buku        : 15,5 x 23,5 cm
8.      Harga                   : Rp 50.000,00

B.     BAB I Pengantar
Bagian pengantar berisi tentang pengertian puisi dan penjelasanpuisi sufi yang banyak terdapat di Indonesia. Puisi tidak hanya merupakan keindahan estetika, tetapi juga menawarkan kandungan falsafah agung mengenai realitas. Terdapat beberapa puisi-pusi Indonesia yang mengandung nilai adiluhung yang sangat kental dengan falsafah Islam. Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perkembangan agama islam dan sebagai penulis, sepertiZainal Arifin Thoha. Di dalam pengantar ini juga dijelaskan kenapa penulis melakukan penelitian tentang adanya gagasan konsep adiluhung.Yang melatarbelakangi penulis ( Arif Hidayat ) melakukan penilitian adalah penulis melihat bahwa teks puisi yang dituliskan oleh ZainalArifin Thoha memiliki kecenderungan beraliran sufi dengan mengomposisikan sisi tasawuf dengan realitas masyarakat dan adanya kejadian yang ironis dalam perkembangan perpuisian di Indonesia, termasuk puisi Zainal Arifin Thoha yang memberikan kontribusi besar terhadap pengayaan intertekstual masih minim apresiasinya oleh masyarakat pembaca-ahli ( kritikus). Karena adanya hal – hal tersebut, maka penulis bersikeras untuk melakukan penelitian.
Puisi yang dibicarakan lebih fokus pada puisi sufi yang bernilai adiluhung yang sangat kental dengan falsafah islam. Selain itu juga mebicarakan mengenai tokoh – tokoh yang memiliki pengetahuan luas dan melahirkan karya – karya penting di bidang keagaamn dan sastra, baik bahasa Melayu maupun bahasa Arab. Tokoh – tokoh yang dibicarakan antara lain Hamzah Fansuri,Syamsudin Pasai, Bukhari al-Jauhari, Nuruddin al-Raniri, Abdul Jamal, dan masih banyak lainnya. Dari beberapa tokoh yang disebutkan di atas, dbicarakan lebih khusus mengenai salah satu tokoh yang memberikan sumbangan besar  terhadap pencerahan kehidupan bangsa Indonesia. Tokoh tersebut yaitu Zainal Arifin Thoha.
Zainal Arifin Thoha merupakan ulama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan islam dan menulis karya penting dalam ranah perpuisian Yogyakarta pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Puisi – puisi yang di tulis oleh Zainal Arifin Thoha memiliki kecenderungan beraliran sufi dengan mengomposisikan sisi tasawuf dengan realitas masyarakat Yogyakrta yang sangat menjaga nilai – nilai budayanya.
Selanjutnya pada bagian pengantar juga dibicarakan mengenai gagasan adiluhung dalam karya sastra yang mengacu kepada karya sastra lama.Penulis menjelaskan bahwa gagasan tentang konsep adiluhung di dalam karya sastra sesungguhnya terletak pada pengejawatan nilai luhur atau mulia. Konsep adiluhung yang terjadi di Indonesia- Jawa khususnya banyak dipengaruhi oleh paham animisme, dinamisme, dan agama Hindu dan Budha yang menjadikan munculnya warna baru dalam ritus yang dimiliki masyarakat Indonesia. Yang kemudian disusul oleh Wali Sanga menyebarkan Islam dan mempengaruhi banyak sekali aspek dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    BAB II (Simbol, Hermeneutika Ta’wil dan Konsep Adiluhung)
1.      Hakekat Simbol
Membicarakan tentang arti simbol menurut para ahli.Dalam pembicaraan mengenai arti symbol terdapat perbedaan pendapat antara para ahli.Abdul Hadi yang berpedoman pada pendapat Hans-Georg Gadamer mengemukakan bahwa symbol berasal dari bahasa Yunani “symballein” yang berarti melontar bersama.Sedangkan Paul Riceour mengemukakan bahwa simbol adalah “sumballo” yang berarti menghubungkan atau menggabungkan. Pemakaian simbol di dalam puisi terjadi karena adanya bahasa kiasan seperti metonimi, metafora, ataupun personifikasi.
Fokus pembicaraan dalam sub bab ini adalah mengenai simbol di dalam puisi sufi. Penulis menjelaskan bahwa simbol pada puisi sufi muncul dikarenakan adanya keterbatasan bahasa untuk mengilustrasikan pengalaman spiritual yang dialami di dimensi lain sehingga teks membutuhkan tamsil untuk menjelaskan konteks dan kontekstualisaasinya. Menurut penulis, dengan adanya simbol yang hadir dalam puisi sufi bukanlah termasuk pembunuhan makna melainkan menciptakan makna yang konteksnya adalah pengalaman spiritual.Dalam kaitan ini, kepekaan yang luar biasa dapat menjadi transformasi informasi pengalaman spiritual secara simbolik. Menurut penulis, puisi sufi semua keindahannya dan semua realitas merupakan milik Allah. Penulis juga membubuhkan beberapa ayat al-Quran di dalam tulisannya untuk mendukung konsep yang dijelaskannya.
Keterkaitan al-Quran dalam simbol yang natural dan objektif karena al-Quranlah yang mampu menerangkannya. Adapun bahasa al-Quran yang masih simbolik sebenarnya mampu diirujuk pada ayat lain yang masih terkandung di dalam al-Quran. Rujukan lainnya adalah al-Hadis yang mampu menjelaskan al-Quran sebagaimana proses turunnya (azbabun nuzul).
2.      Hermeneutika Ta’wil
Dalam sub bab ini, penulis membicarakan tentang perbedaan ta’wil dengan hermeneutika, pengertian ta’wil, asal mula tradisi ta’wil, orientasi ta’wil dan kegunaan ta’wil, peranan ta’wil, penerapan dari ta’wildanperanan ta’wil terhadap simbol- simbol. Adapun kaidah ta’wil itu sendiri secara esensinya ialah cara menafsirkan hubungan tersembunyi antara berbagai fenomena di alam dan membayangkan adanya keberadaan alam lain di atasnya. Kajian terpenting dari ta’wil yaitu menghubungkan teks dengan kebudayaan, agama, dan pandangan hidup.
Perbedaan ta’wil dengan hermeneutika, menurut pandangan beberapa orang keduanya adalah sama karena pandangan ini berdasarkan pada orientasi kajian yang sama, yaitu simbol. Akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat perbedaan. Ta’wil muncul dari pemikiran islam dan hermeneutika muncul dari pemikiran Barat. Akar kata hermeneutika berasal dari Yunani dari kata kerja “hermeneuein” yang berarti “menafsiran” dan kata benda “hermenia” yang berarti “interpretasi. Ta’wil berasal dari kata awwal yang berarti pertama atau yang pertama, sebutan yang diberikan kepada Sang Pencipta.selain itu juga kaidah ta’wil adalah cara menafsirkan hubungan tersembunyi antara berbagai fenomena di alam dan membayangkan adanya keberadaan alam lain di atasnya.
Tradisi ta’wil bermula dari ikthisar – orang arif( baik) untuk memahami Al-Qur’an lebih dalam. Al-Qur’an diyakini memiliki nilai- nilai mulia apabila kita mengamalkannya. Dengan memahami dan mengamalkan Al-Qur’an, maka seseorang akan mendapatkan identitasnya sebagai manusia, dapat menjaga alam semesta, dan mampu mengenal Tuhannya. Sebab itu apa yang terkandung dalam al-Quran harus benar-benar dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Orientasi ta’wil dan kegunaan ta’wil. Orientasi ta’wil tidak hanya memberi tamsil pada Al- Qur’an tetapi juga digunakan untuk memahami citra simbolik pada beberapa teks lain, seperti puisi(sufi). Alasan menggunakan ta’wil karena adanya maksud-maksud tersembunyi secara simbolik.
Peranan ta’wil adalah dengan adanya ta’wil dapat membuka ruang lingkup sebagai bagian dari makna sekaligus menangkap teks sebagai suatu keseluruhan rantai makna parsial (fragmentaris) dalam analisis. Oleh karena itu,antara pengetahuan dan keindahan yang terkandung di dalam teks tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan koherensi makna. Di dalam suatu teks sering menampilkan dua keindahan yaitu keindahan luar dan keindahan dalam. Keindahan luar dapat dilihat dengan mata kasar tapi keindahan  dalam hanya dapat dilihat oleh mata hati dan cahaya visi keruhanian manusia.
Penerapan ta’wil tidak hanya mengacu pada pemahaman symbol saja. Akan tetapi juga mengacu kepada kebenaran Al- Qur’an dan Hadis agar teks sesuai dengan kosmologinya.Kosmologi artinya hubungan antara teks dengan dunia nyata.Peranan ta’wil terhadap simbol – simbol. Dalam sub bab ini, penulis mengemukakan bahwa dengan adanya ta’wil dapat memosisikan symbol-simbol sesuai dengan maknanya secara natural dan universal. Simbol dikembalikan kepada yang telah semestinya sehingga memunculkan paralelisme antara realita sosial dan realita transenden.
3.      Hakekat Adiluhung
Dalam sub bab yang ketiga ini, penulis banyak membicarakan tentang hakikat adiluhung serta konsep adiluhung terhadap puisi Islam (sufi).
Adiluhung memiliki persamaan arti dengan kata luhur, mulia, tinggi, serta nilai-nilai seni budaya yang wajib dipelihara. Luhung sendiri sama dengan luhur, tinggi, dan mulia.Makna kata luhur adalah cita-cita yang mulia yang bersedia mengorbankan jiwa dan raga.Jadi dapat disimpukan bahwa Adiluhung adalah nilai – nilai luhur yang mampu memberikan kebijakan agar mengarah kepada kebenaran.Adiluhung sendiri dapat dikatakan sebagai pandangan hidupp yang memiliki kebenaran ataskehidupan berdasarkan falsafah budaya. Suatu kebenaran akan diperoleh dengan mudah apabila seseorang memiliki hati atau qalbu yang terjaga dan suci. Oleh karena itu, adiluhung dapat memberikan pencerahan berdasarkan syariat yang terus dilestarikan meskipun telah terjadi perubahan ideologi masyarakat.
Selanjutnya, penulis mengemukakan tentang konsep adiluhung.Menurut penulis, konsep adiluhung berakar pada asimilasi budaya yang memiliki keselarasan dalam suatu pandangan.Keselarasan itu terlihat pada orientasinya untuk tidak mengubah keharmonisan hidup.Konsep adiluhung mengupayakan adanya pertalian yang kuat agar tidak terjadi perselisihan.Dengan adanya konsep adiluhung ini, sesorang dapat menjaga nilai ( falsafah) yang baik agar keharmonisan hidup dapat terjaga. Selanjutnya dengan adanya nilai falsafah yang sudah mengakar dalam jiwa maka menjadikan seseorang mudah dalam memasuki kejujuran dan kebenaran, keikhlasan, cinta kasih saying yang tulus terhadap sesame, alam semesta,serta kepada Tuhan.

B.     BAB III ( Puisi-Puisi Bernilai Adiluhung)
a.      Inventarisasi Simbol dalam Buku Puisi Engkaulah  Cinta Akulah Rindu
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil analisis terhadap buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu karya Zainal Arifin Thoha. Dalam analisis kali ini, penulis tidak hanya menelaah tentang symbol saja , tetapi juga membahas tentang akar filosofi dan pengaruh ajaran ilmu dan ajaran jawa. Selain itu juga, penulis juga akan membahas tentang pemahaman terhadap budaya, filsafat, dan agama yang telah memberikan pengaruh terhadap teks.
Inventaris simbol dan identifikasi simbol bertujuan untuk menentukan secara lebih rinci simbol – simbol yang terkandung dalam buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu .Dalam analisi kali ini, penulis mengemukakan bahwa hermeneutika ta’wil dalam hal ini mempunyai kegunaan yaitu hermeneutika ta’wil mencari realitas wujud hakiki yang terdapat dalam teks puisi. Selanjutnya simbol yang menjadi gagasan utama “ konsep adiluhung” dalam buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu meliputi symbol mikrokosmos dan makrokosmos yang menyatu, pengalaman cinta dan rindu, serta symbol puisi yang menduduki pengungkapan pengetahuan atas pengalaman ruhani.
1.      Mikrokosmos dan Makrokosmos
Penulis mengungkapkan bahwa simbol mikrokosmos dan makrokosmos merupakan citraan simbolik untuk mengenal Tuhan.Simbol mikrokosmos dan makrokosmos memiliki keterikatan atau saling ketergantungan, seperti mata rantai dan membentuk rantai makna di dalamnya; saling bergantung.
2.      Rindu dan Cinta
Dalam sub bab ini, penulis memaparkan bahwa buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu berisi tentang cinta dan rindu. Cinta dan Rindu yang diungkapkan dalam buku ini merupakan pengambaran pengalaman keruhanian mistik dan ditempuh dengan luar biasa.Cinta dan Rindu tidak pernah lepas dari keikhlasan menaati perintah –Nya dan menjauhi larangan-Nya.Oleh karena itu, menurut penulis gagasan cinta dan rindu menjadi tampak bersahaja, indah, dan memiliki kedalaman makna yang agung.
Selanjutnya, penulis mengungkapkan tentang kelebihan dari puisi Thoha dalam mengungkapkan Cinta dan Rindu.Kelebihan itu adalah metafora dan personifikasi yang digunakan tidak berlebihan tapi mengalir bebas tanpa paksaan.
3.      Puisi
Dalam sub bab ini mengungkapkan bahwa puisi yang terdapat dalampuisi karya Thoha tidak hanya dipandang sebagai ungkapan, tetapi juga merupakan ekspresi spiritual yang unik. Selain itu dalam sub bab ini membahas ini tentang simbol. Simbol yang di bahas dalam sub bab ini adalah simbol “puisi”.  Kata “puisi” adalah simbol dan dikaitkan dengan simbol pengetahuan (ma’arifah). Simbol “puisi”  menjadi pilihan di dalam buku puisi Engkau Cinta Akulah Rindu unjtuk mengungkapkan pengalaman spiritual di dalam tadarus. Puisi di sini dijadikan  sebagai proyeksi dari ritualyang merupakan ekspresi nilai – nilai tauhid.
Dari yang disampaikan penulis, puisi merupakan kumpulan benang pengetahuan kejiwaan mengenai realitas atas peristiwa – peristiwa yangmungkin terlupakan. Peristiwa yang terbentang antara tubuh ( aku-lirik) dan semesta yang luas. Selain itu, penulis mengungkapkan bahwa puisi mengandung pengetahuan mengenai berbagai realitas yang diproyeksikan melalui imjinasi. Pengaruh puisi dapat terjalin melalui nuansa keindahan yang memunculkan keberkesanan dan ketakjuban. Dalam hal ini, puisi bukanlah sebuah doktrin ataupun dogma yang menakutkan, tetapi pusis lebih mencakup puitika sebagai alunan peristiwa penuh dengan ide kasih sayang (rahman rahim). Pengaruh puisi dapat terjalin melalui nuansa keindahan yang memunculkan keberkesanan dan ketakjuban melalui pesona alam. Adapun pesona alam di dalam puisi bersifat historis hadir sebagai metafor(a) dan personifikasi. Di sinilah imajinasi menyusun simbol dan pengetahuan.
b.      Pemaknaan terhadap Simbol dan Ruang Filosofisnya
1.      Pandangan Tasawuf Jawa
Dijelaskan dalam buku ini bahwa puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu dipengaruhi oleh tasawuf jawa. Pengaruh ini menurut penulis telah kental dan melekat, baik dalam pemikiran maupun struktur bahasa. Pengaruh tasawuf jawa merupakan latar belakang sosial budaya yang dalam analisis ini menjadi penting. Tasawuf jawa dalam analisis ini merupakan cara pandang masyarakat jawa terhadap mistik agama.
2.      Konsep Adiluhung tentang Mikrokosmos dan Makrokosmos
Dalam penjelasan sub bab ini, penulis membahas tentang kegunaan simbol mikrokosmos dan makrokosmos. Selain itu juga membahas tentang karakteristik simbol mikrokosmos dan makrokosmos.
Penulis menjelaskan bahwa simbol mikrokosmos dan makrokosmos bukan menjadi topik pertama dalam pembahasan buku ini. Akan tetapi kedua simbol itu digunakan untuk mendalami nilai – nilai adiluhung pada esensi cinta dan rindu. Simbol mikrokosmos dan makrokosmos memiliki karakteristik yang unik dan menarik. Karakteristik itu muncul pada kekuatan pertautan antara subjek (aku-lirik) dan dunia luar. Dengan adanya pertautan tersebut makannya dunia muncul secara seimbang. Dapat disimpulkan bahwa simbol mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam semesta) saling bertemu untuk menjelaskan kehadiran-Nya.
Dalam buku puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu, peranan manusia lebih dominan. Pandangan ini nukan berarti mendekatkan kepada paham antroposentris, sebagaimana manusia memandang filsafat. Namun, pandangan ini tidak mutlak menekankan manusia sebagai titik pusat kajian. Posisi manusia sama halnya dengan makhluk yang lain, yakni sebagai bagian dari alam semesta, dan di suatu sisi manusia juga sebagai khalifah, dimana mikrokosmos dapat menampung makrokosmos. Di sinilah uniknya manusia.

3.      Konsep Adiluhung tentang Puisi, Rindu, dan Cinta
Dalam sub bab yang terakhir, penulis mengemukakan bahwa tema yang hadir dala puisi Engkaulah Cinta Akulah Rindu adalah cinta dan rindu. Cinta dalam buku ini dipersepsikan sebagai ekspresi puitik yang indah dan menjadi jalinan ungkapan kasih sayang.Penulis menjelaskan pula bahwa cinta dan puisi merupakan implementasi dari kekayaan pengetahuan, sekaligus menjadi paradigm penting untuk mengenal Tuhan. Posisi kehadiran puisi sebagai pengetahuan seorang sufi dalam ritusnya ( cinta kepada Allah) merupakan pengalaman puitik. Kesimpulandari sub bab ini adalah dengan puisi kita akan memunculkan cinta, dan dengan cinta kita dapat menembus semua kerinduan. Yang semua itu hanya tertuju kepada Allah.


BAB IV
KESIMPULAN

Dari banyak sekali penjelasan yang sudah terpaparkan di atas bahwa pada dasarnya puisi-puisi karya Zainal Arifin Thoha berbasis puisi Islam (sufi). Hal ini dapat dilihat dari konsep adiluhung yang dibahas oleh Arif Hidayat melalui teori hermeneutika. Tidak hanya metafora, simbol, dan konsep saja yang dibahas, tetapi juga bagaimana terbentuk, terjadi, dan terciptanya puisi tersebut oleh penulis yang dilatarbelakangi pola kehidupan penulisnya dan masyarakat sekitar. Objek yang dikajinya juga seluruh alam semesta.


Daftar Pustaka

Hidayat, Arif. 2012. Aplikasi Teori Hermeneutika dan Wacanaa kritis. Purwokerto: STAIN Press Purwokerto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...