A.
Latar Belakang
Novel
merupakan karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya, dengan menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku.Habiburahman el Shirazy menulis beberapa novel antara lain
Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab
Cinta, Mahkota Cinta, Ketika Cinta Berbuah Surga, Takbir Cinta Zahrana,
Pudarnya Pesona Cleopatra, dan lainnya.
Dari
novel-novel yang ditulis Habiburahman, tema yang dibicarakan hampir sama yakni
tentang cinta dan agama, seting peristiwa kebanyakan juga terjadi di Mesir dan
Indonesia. Hal ini sejatinya perlu diungkap, kenapa novel karya Habiburahman
mempunyai kecenderungan yang hampir sama.
Dalam
makalah ini penulis akan mencoba mengritik salah satu novel Habiburahman yang
berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra dari beberapa sudut pandang. Novel
Pudarnya Pesona Cleopatra (selajutnya PPC) merupakan salah satu novel populer
yang terbit pada tahun 2005.Isi yang tekandung di dalamnya menceritakan tentang
perjodohan.Jika dikaji tahun pembuatannya, novel ini bisa dikatakan novel yang
ketinggalan jaman.Sebuah novel atau cerita yang bertema perjodohan atau kawin
paksa populer pada angkatan Balai Pustaka.Bisa jadi PPC mengadopsi novel-novel
dari angkatan Balai Pustaka, yang kemudian bisa dinyatakan interteks dengan
menambahkan bumbu-bumbu islami di dalamnya. Jika dikatakan sebagai novel psikologi pembangun jiwa, apakah
benar pernyataan tersebut, atau mungkin sekedar pemanis saja agar laku di
pasaran masyarakat indonesia yang sedang mengalami degradasi moral dan agama.
B.
Sinopsis
Dalam
novel mini karya Habiburrahman
El-Shirazy menceritakan mengenai kisah pemuda yang sangat mengagumi sosok wanita asal mesir layaknya Cleopatra semenjak ia kuliah di Mesir. Dia mengidam-idamkan gadis mesir keturunan Cleopatra
untuk menjad iistrinya, namun karena ia harus memenuhi permintaan ibunya untuk menikah dengan gadis Indonesia pilihan ibunya. Dengan terpaksa akhirnya ia menikahi gadis tersebut, padahal ia masih belum bias menghapus kekagumannya terhadap Cleopatra.
Awalnya ia masih bias menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap istrinya, padahal istrinya adalah sosok yang sangat solehah, penurut, hafal
al-quran namun hal tersebut tidak juga menumbuhkan cintanya kepada istrinya hingga terjadi perbedaan sikap kepada istrinya, tadinya ia sangat romantic namun sekarang sangat acuh. Tiga tahun sudah mereka berumah tangga, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal ibu dan mertuanya sudah ingin menimang cucu darinya dan istrinya. Setelah beberapa bulan, ia akhirnya memperbaiki sikapnya namun ia hanya berpura-pura untuk memenuhi keinginan ibu dan mertuanya yaitu mendapatkan anak. Akhirnya mereka pun dikaruniai anak, istrinya mengandung untuk yang
pertamakalinya.
Mendengar kabar tersebut keluarganya sangat senang sekali. Tanpa disadari sifatnya pun berubah kembali terhadap istrinya, istrinya ditelantarkan padahal istrinya sedang mengidam. Karena terlalu sedih, istrinyapun meminta untuk tinggal ditempat ibunya saja, dan akhirnya dituruti. Selama 2 bulan istrinya tinggal di tempat mertuanya itu, tak pernah sekalipun ia menjenguk istrinya atau mengabari. Hingga pada waktu ia mengikuti pelatihan dosen di jawa barat ia mendapat cerita yang membuka hatinya untuk bersuyukur mendapatkan istri seperti istrinya dan belajar mencintai, sepulang dari pelatihan ia langsung membeli segala sesuatu untuk istrinya dan berangkat ketempat mertuanya untuk enjemput istrinya. Namun ternyata istrinya telah meninggal satu minggu yang lalu, dania
pun menyesal karena telah menyia-nyiakan istrinya.
Sepenggal cerita
Dengan
panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandung aku telah
dijodohkan dengan raihana yang tak pernah kukenal.“Ibunya Raihana adalah
teman karib ibu, waktu nyantri di pasantren mangkuyuban solo dulu,” kata
ibu."Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan
besanan untuk memperteguh tali persaudaraan.
Karena itu ibu mohon
keikhlasanmu", ucap beliau dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah.Aku menuruti keinginan ibu.Aku tak mau mengecewakan ibu.Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu.Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya.Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku.Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli!” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah.Aku menuruti keinginan ibu.Aku tak mau mengecewakan ibu.Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu.Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya.Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku.Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli!” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku.
Hari pernikahan itu telah
datang.Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya
sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.Raihana
tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat
dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan
hampa.Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa
cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama
Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh.Suaranya
yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.Memasuki
bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul
begitu saja.Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada
istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai
lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih
banyak di ruang tamu atau ruang kerja.Aku merasa hidupku adalah sia-sia,
belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa,
Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka
diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum
dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang
kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas
memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku"
tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku
sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian
dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku,
tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam
tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang
dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk
membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi
pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba
penuh pasrah.Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena
kepatunganku.
Hari terus berjalan, tetapi komunikasi
kami tidak berjalan.Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap
melayaniku menyiapkan segalanya untukku. Selanjutnya aku merasa sulit
hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya.Rasa tidak suka
semakin menjadi-jadi.Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol.Aku belum
bisa menyukai Raihana.Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa
dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra. "Mas, nanti sore ada acara
aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita
diundang juga.Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan
keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku
pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde
kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar.Aku
dingin-dingin saja." Ma....maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,"
lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. "
Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din...Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau
tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!" sahut Hana langsung
menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia
berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda".
" Matanya sedikit berbinar. "Te...terima kasih...Di...dinda, kita
berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil
menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.Raihana menatapku dengan wajah
sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya." Terima kasih Mas,
Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau
biar dinda saja yang memilihkan ya?".Hana begitu bahagia.
Acara pengajian dan aqiqah putra
ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan
kami.Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh
cinta, dan penuh bangga." Selamat datang pengantin baru! Selamat datang
pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan
bahagia mertua dan Ibundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana
cerah.Matanya berbinar-binar bahagia.Lain dengan aku, dalam hatiku menangis
disebut pasangan ideal.Apanya yang ideal.Apa karena aku lulusan Mesir dan
Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal
bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang
sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan
adanya pengkhianatan.Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa
bahagia.Tapi diriku?Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimilikiRaihana.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba
bersikap bersahabat dengan Raihana.Aku berpura-pura kembali mesra dengannya,
sebagai suami betulan.Jujur, aku hanya pura-pura.Sebab bukan atas dasar cinta,
dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku.Allah Maha
Kuasa.Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri.Raihana hamil.Ia
semakin manis. Keluarga bersuka cita semua.Namun hatiku menangis karena cinta
tak kunjung tiba.Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera.Sejak
itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan
lagi.Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!"Aku hanya
diam dan mendesah sedih." Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta"
gumamku. Akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke
enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alas an
kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya.Karena rumah
mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika
aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan,
" Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan
tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no pinnya sama dengan
tanggal pernikahan kita". Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku
sedikit lega.Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak
nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus
menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa
saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa
enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan.Sampai rumah hari sudah
petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas.Aku muntah-muntah, menggigil,
kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana,
dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati
masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi
tubuhku dengan selimut.
Lintasan Raihana hilang seiring
keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas
untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya
tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang
dengan beliau tentang mEsir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak
Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir.Dia
menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur
dijalani."Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak
Qalyubi."Alhamdulillah, sudah" jawabku." Dengan orang mana?.
" Orang Jawa"." Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya
pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan
shalehah.Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari
pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al
Quran"." Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa
dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku
tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti
sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?". " Kamu tentu
tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan
kecantikanya saya menderita seperti ini. Tanpa ada rasa canggung meskipun baru
mengenali lawan bicaranya,Pak Qalyubi lansung bercerita tentang kehidupannya
bersama gadis mesir.Berawal dari kedekatannya, menikah, mempunyai
anak,perselingkuhan hingga perceraian yang terjadi.
Mendengar cerita Pak Qulyubi
membuatku terisak-isak.Perjalanan hidupnya menyadarkanku.Aku teringat
Raihana.Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku
berpisah dengannya.Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati.Dia istri
yang sangat shalehah.Tidak pernah meminta apapun.Bahkan yang keluar adalah
pengabdian dan pengorbanan.Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri
seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah
menyala didindingnya.Apa yang sedang dilakukan Raihanasekarang?Bagaimana
kandungannya?Sudah delapan bulan.Sebentar lagimelahirkan.Aku jadi teringat
pesannya.Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku
menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga
daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum
menyambut kedatanganku.Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan
untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal.Dibawah kasur itu
kutemukan kertas merah jambu.Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta
siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku.
Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan
istriku serong....Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi...ternyata
surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi.Ia
menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia
menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah
lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia
memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta
sejati dariku.
Tak terasa air mataku mengalir,
dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa.Tangisku meledak.Dalam
tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh,
pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut,
tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan
perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari
langit dan merasuk dalam jiwaku.Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar
berganti cinta Raihana yang datang di hati.Rasa sayang dan cinta pada Raihan
tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku.Cahaya Raihana terus berkilat-kilat
dimata.Aku tiba-tiba begitu merindukannya.Segera kukejar waktu untuk membagi
cintaku dengan Raihana.Kukebut kendaraanku.Kupacu kencang seiring dengan air
mataku yang menetes sepanjang jalan.Begitu sampai di halaman rumah mertua,
nyaris tangisku meledak.Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air
mataku.Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis
tersedu-sedu.Aku jadi heran dan ikut menangis. "Mana Raihana Bu?".Ibu
mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang
telah terjadi. " Raihana...istrimu..istrimu dan anakmu yang
dikandungnya". " Ada apa dengan dia". "Dia telah
tiada"." Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal
seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi.Kami membawanya ke rumah
sakit.Dia dan bayinya tidak selamat.Sebelum meninggal, dia berpesan untuk
memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.Dia
meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia.Dia meminta maaf telah dengan
tidak sengaja membuatmu menderita.Dia minta kau meridhionya".Hatiku
bergetar hebat." Ke...kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". "
Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk
menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus
katanya kamu sedang mengikuti pelatihan.Kami tidak ingin mengganggumu.Apalagi
Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan
ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami"
Aku menangis tersedu-sedu.Hatiku
pilu.Jiwaku remuk.Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada.Ketika
aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku.Ketika aku ingin
memuliakannya dia telah tiada.Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi
kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya.Tuhan telah
menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.Ibu mertua
mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa.
Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana
tertulis disana.Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu danpenyesalan yang
luar biasa.Aku ingin raihana hidup kembali.
C.
Pembahasan
Karya sastra
yang baik adalah karya sastra yang mampu memberikan didikan langsung kepada pembaca,
seolah-olah penulis adalah guru yang benar-benar mendidik muridnya.Hal ini
sesungguhnya telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni
dan menjadikannya sebagai alat pendidikan.Sedangkan nilai seninya
dinomor-duakan. Dalam masa pujangga baru telah terdengar pertentangan paham
tentang karya sastra, yang berupa paham ‘seni untuk seni’ dan ‘seni untuk
bertendens’ (Pradopo, 2011: 94).
Mengacu pada
hukum sastra ‘seni untuk seni’ novel Pudarnya Pesona Cleopatra (selanjutnya
disebut PPC) karya Habiburahman el Shirazi tidak menunjukan
nilai seni untuk seni tersebut, namun sebaliknya yaitu ‘seni untuk bertendens’
sehingga melupakan nilai seni untuk seni. Hal ini di tunjukan bahwa karya
sastra berupa novel mini pertama karyanya ditunjukan untuk menyadarkan pembaca
akan kecantikan bukanlah segalanya, terbukti dari kutipan akhir pada novel
tersebut “untuk mereka yang menganggap
kecantikan adalah segalanya”. Habiburahman
menjadi salah satu penulis yang menggunakan karya sastra sebagai alat pendidikan.
Nilai pendidikan
yang dihadirkan penulis berupa kesetiaan seorang istri terhadap suami yang
tidak mencintainya.Raihana sebagai istri si tokoh utama adalah perempuan
solehah dan hafal al-quran, hal ini menunjukan nilai-nilai agama yang diangkat
pun sangat kental, sehingga penulis mengajarkan bahwa perempuan yang baik
adalah perempuan solehah bukan perempuan yang cantik. Namun disisi lain si
tokoh utama merupakan lulusan mesir yang mendambakan kecantikan Cleopatra
sehingga ia tidak dapat melihat sisi kebaikan dari istrinya.
Terdapat hal
yang rancu pada nilai pendidikan yang diberikan habiburahman mengenai insan
manusia yang memahami agama dengan latar belakang lulusan mesir. Jika tokoh
utama adalah seorang yang soleh dan lulusan mesir sejatinya ia dapat memahami
hukum islam setalah menikah untuk memuliakan istri, namun yang digambarkan penulis
justru sebaliknya, lelaki soleh secara tidak langsung telah menzolimi istri
yang begitu hormat kepadanya.
Mengacu pada
konsep realitas sosial, yaitu memiliki pemikiran, perasaan, dan keinginan yang
realistis. Novel ini tidak menunjukan kerelitasan, karena penuh dangan mimpi
tokoh utama terhadap ratu Cleopatra, Faktanya impian tokoh utama terlalu
mengawang-awang dan tidak konkret, serta
tidak mempertimbangkn keadaan geografis dan pola pikir seorang akademisi
lulusan mesir. Misalnya pada kutipan “dalam tidur aku bertemu ratu Cleopatra
pada suatu pagi yang cerah di pantai Cleopatra, Alexandria.Ia mengundangku
makan malam di istananya ‘aku punya
keponakan cantik, namanya mona zaki, maukah kau berkenalan dengannya’?ini,
aku, dalam hitungan menit saja aku akan menyunting putri tercantik di mesir,”
Padahal ia tidak pernah menganal ratu Cleopatra atau pun Mona Zaki sebelumnya.
Jika novel mini ini adalah dongeng untuk anak usia dini, maka akan menjadi
menarik dibaca sebagai motivasi oembangun jiwa anak, namun sasaran pembaca
novel ini adalah remaja akhir hingga dewasa. Pada umumnya, impian serupa
terjadi pada oarang-orang non-akademisi dengan lingkungan sosial yang mendukung
pola pikir, keinginan, dan perasaan non-realistis.Hal ini setara dengan seorang
pengangguran yang memiliki impian menjadi milyarder.
Mengacu pada
bagian klimaks pada suatu karya. Untuk menyudahi kisah tokoh utama Habiburahman
menempatkan klimaks di akhir cerita yaitu kematian Raihana sang istri dan bayi
yang dikandungnya. Klimaks kematian pada berbagai karya berhasil menarik
perhatian pembaca, terlebih kepada pembaca yang jarang membaca sehingga
menimbulkan kekaguman luar biasa. Di sisi lain klimaks kematian mudah ditebak
karena telah banyak penulis maupun pengararang naskah film yang menggunakan
klimaks di akhir cerita dengan kematian sang tokoh kedua atau tokoh penting
dalam cerita. Jalan ceritanya yang mudah ditebak, demikian sudah banyak ditemui
di sinetron-sinetron, sehingga tidak begitu menarik untuk dibaca.Alurnya pun
terlalu rumit, banyak menggunakan alur maju-mundur di dalam ceritanya.Penulis
yang baik adalah penulis yang mampu menghadirkan klimaks atau akhir yang tak
dapat diduga-duga oleh pembaca.
1.
Berdagang
sastra
Mengacu pada
permintaan pasar Indonesia mengenai karya sastra.Habiburahman adalah salah satu
dari sekian banyak penulis yang beroriantasi bahwa menulis adalah
profesi.Habiburahman mengunakan karya sastra sebagai corong menghasilkan lapangan
pekerjaan bagi dirinya dan percetakan.Hampir semua bukunya berlebeli best seller.Dari best seller ini lah timbul pertanyaan, apakah karya sastra yang
berlebeli best seller menunjukan
kualitas isinya?. Pada umumnya pembaca Indonesia adalah pembaca yang pasif,
dengan kata lain mudah percaya dengan label best
seller dan pendapat-pendapat penulis terkenal lainnya yang biasanya
dicantumkan pada cover belakang novel. Meskipun novel PPC tidak berlebeli best seller karena tidak memenuhi
persyaraan penghargaan, namun novel ini telah mencapai 20 kali cetak ulang.
Mulai dari tahun 2005 hingga cetakan ke-20 pada tahun 2010, serta tercantum
pula identitas penulis yang diletakan tepat di bawah namaHabiburahman el Shirazy, Penulis Novel Best Seller ‘Ayat-ayat Cinta’
Pada umumnya
percatakan bersedia mencetak ulang sebuah buku hingga berpuluh-puluh kali
karena meningkatnya permintaan di pasaran.Popularitas Habiburahman el Shirazy
diawali dengan booming-nya novel
Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2004 yang dilanjutkan dengan adanya film Ayat-Ayat
Cinta pada 2008.Film tersebut disutradarai langsung oleh penulisnya. Dapat
diduga, bahwa larisnya novel Pudarnya Pesona Cleopatra yang diterbitkan pertama
kali tahun 2005 bukan karena isinya atau judulnya, tetapi karena popularitas penulisnya.
Di sisi lain
yang dimaksud kepasifan pembaca adalah, pembaca yang terlalu cepat pecaya dan
larut dalam alur cerita. Anggapan pembaca Indonesia wanita cantik adalah wanita
yg putih, hidung mancung, langsing, tinggi, sebaliknya wanita jawa bukanlah
wanita yang cantik karena pesek, kulit sawo matang, kecil dll.Anggapan inilah
yg dihadirkan penulis untuk membenarkan fakta yang ada di lingkungan masyarakat
Indonesia. Jelas terlihat habiburahman mengikuti selera pasar, untuk
mempermudah kemungkinan terbesar karyanya akan laku dipasaran.
2.
Orientasi
PPC
Mengacu pada
empat orientasi menilai karya sastra Menurut Abrams (dalam Pradopo, 2013:
94).ada empat orientasi dalam menilai sebuah karya sastra, yakni orientasi
mimetik, pragmatik, ekspresif, dan objektif. Dari keempat orientasi tersebut
bisa dikaji kekurangan dan kelebihannya.Isi yang tekandung di dalamnya
menceritakan tentang perjodohan.Jika dikaji tahun pembuatannya, novel ini bisa
dikatakan novel yang ketinggalan jaman.Sebuah novel atau cerita yang bertema
perjodohan atau kawin paksa populer pada angkatan Balai Pustaka.Bisa jadi PPC
mengadopsi novel-novel dari angkatan Balai Pustaka, yang kemudian bisa
dinyatakan interteks dengan menambahkan bumbu-bumbu islami di dalamnya. Jika
dikatakan sebagai novel psikologi
pembangun jiwa, apakah benar pernyataan tersebut, atau mungkin sekedar
pemanis saja agar laku di pasaran masyarakat indonesia yang sedang mengalami
degradasi moral dan agama.
Bagi penikmat
sastra, novel ini bisa dikatakan berhasil, karena konflik-konfliknya bisa
membuat pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya.Tetapi sebagai pembaca yang
cerdas, ada celah yang harus bisa ditelaah kekurangan dan kelebihannya.
a. Orientasi
Mimetik
Memandang
karya sastra sebagai tiruan, cerminan, ataupun representasi alam maupun
kehidupan.Kriteria yang dikenakan pada karya sastra adalah
“kebenaran”.Berkaitan dengan orientasi ini, bisa dicermati dari tahun pembuatannya,
apakah benar pada tahun 2005 ketika novel ini terbit masih ada tradisi
perjodohan atau kawin paksa.Tradisi semacam itu masih gencar pada sastra
angkatan balai pustaka, jadi jika novel ini mengadopsi tema tentang perjodohan
atau kawin paksa, bisa dikatakan novel ini sebagai novel yang ketinggalan
jaman.Seharusnya penulis menggunakan tema yang sesuai dengan alur kehidupan
jaman sekarang.
b. Orientasi
Pragmatik
Memandang
karya sastra sebagai sarana untuk mencapai tujuan pada pembaca (tujuan
keindahan, jenis-jenis emosi, ataupun pendidikan.Kriterianya terletak pada
“nilai”.Jika dikaji menggunakan orientasi pragmatik, novel ini bisa dikatakan
berhasil.Dengan adanya konflik-konflik yang membuat pembaca seolah-olah larut
tenggelam dalam cerita.Kemudian pesan-pesan yang terkandung menjadi obat
tersendiri bagi pembaca yang sedang terjangkit penyakit degradasi moral atau
agama.
c. Orientasi
Ekspresif
Memandang
karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi
pengarang, pikiran-pikiran, dan perasannya.Kriterianya terletak pada
“pengarang”.Berdasarkan orientasi ekspresif novel ini juga bisa dikatakan
berhasil, pengarang novel ini berasal dari Indonesia dan studinya di Mesir.Jadi
bila melihat sisi kepengarangannya, banyak hal dalam novel ini yang
membicarakan tentang Indonesia dan Mesir, dan itu menjadi nilai lebih.
d. Orientasi
Objektif
Memandang
karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, otonom, bebas dari pengarang,
pembaca, dan dunia sekelilingnya.Kriterianya terletak pada “hubungan antarunsur
yang membentuk karya sastra”.Jika dilihat dari orientasi objektif, novel ini
belum bisa dikatakan objektif, karena masih terpengaruh faktor
kepengarangan.Sebagai karya sastra yang baik seharusnya novel ini bisa menjadi
“kitab” bagi pembacanya.Bagaimanapun caranya penulis harus mampu mengangkat
“universalitas” agar novel ini bisa dibaca oleh siapapun, kapanpun, dan
dimanapun.
3.
Psikologi
islam bagi penyakit ‘jiwa’
Dalam
konsep psikologi islam terdapat sedikitnya ada empat elemen dasar yang dapat
membentuk teori psikologi islam, yakni teori tentang psikis jiwa manusia, teori
tentang struktur motivasi, teori tentang fungsi jiwa manusia dan teori tentang
struktur kebenaran.
Dari tujuan
habiburhman yang dengan baik hati ingi membangun jiwa manusia melalui psikologi
islam menjadi perbincangan menraik. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
mudah putus asa.Keputus asaan ini-lah jawaban dari pertanyaan mengapa terlalu
banyak motivator di Indonesia, baik melalui lisan maupun tulisan.Jelas terlihat
mental masyarakat Indonesia, khususnya remaja perlu di pupuk ekstra demi
membangkitkan psikis jiwa dan motivasi diri.
Penyakit jiwa
yang dimaksud adalah kejiwaan insan manusia yang haus akan pendidikan moral
islam dan sifat bersyukur. Jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia, berupa
roh yang menyebabkan manusia bernyawa.Jiwa yang dimaksud bukanlah roh tersebut,
melinkan jiwa batin manusia yang dapat berubah-ubah sesuai menejemen emosi
dirinya sendiri.Habiburahman berusaha mengontrol emosi manusia mengenai rasa
syukur dan kekeguman manusia terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan melupakan
segalanya.
Jiwa siapakah
yang ingin di bangun?Muncul lagi pertanyaan baru. Pada umumnya jiwa yang
membutuhkan motivasi untuk membangun jiwa dari rasa bersyukur adalah jiwa yang
sadar bahwa dirinya kekurangan akan aspek religiusitas. Sayangnya tidak semua
manusia dapat menyadari dirinya membutuhkan hal itu, katakanlah dari 10 orang
hanya 4 yang menyadari dirinya adalah jiwa yang membutuhkan motivasi pembangun
jiwa, baik melalui lisan maupu tulisan.
4.
PPC
adalah novel POP ‘telanjang’
Novel pop adalah
novel yang menampilkan kehidupan yang tidak intens, tidak meresapi kehidupan
dan disajikan begitu saja atau apa adanya. Novel pop ada karena memenuhi selera
pembaca dan bersifat aktual. Sedang, jika kita ingin berbicara religiusitas,
sebenarnya tidak hanya pada aspek agama, tapi lebih menitikberatkan pada aspek yang di dalam
lubuk hati, getaran hati nurani, sikap personal yang merupakan misteri
bagi orang lain. Religiusitas tidak hanya dihubungkan dengan ketaatan ritual
tetapi lebih mendasar lagi dalam pribadi manusia.Lalu bagaimanakah dengan novel
religi “pop”?Dalam sastra religius, pengarang tidak membuat kehidupan beragama
sebagai latar belakang, namun sebaliknya lebih menitik-beratkan kehidupan
beragama untuk pemecahan masalah.Agama menurut sastra religius, adalah bukan
sesuatu kekuasaan, melainkan sebagai alat pendemokrasian.
Novel ini diberi label Novel
Psikologi Islami Pembangun Jiwa. Entah membangun jiwa yang bagaimana, atau kah
hanya sebagai bumbu demi ranah pasar.Entah.Masih ada banyak novel yang dapat
membangun, toh tidak hanya religi tapi juga bisa jadi yang inspiratif, heroik
itu dapat membangun jiwa.Dilihat pada
cerita pertama, tokoh sentralnya adalah suami maka akan sampai bagaiamana—dalam
hal ini pengarang sebagai seorang laki-laki menginginkan perempuan cantik,
bahkan secantik titisan ratu Cleopatra yang terkenal itu sebagai pendamping
hidup. Impian para lelaki yang dipukul rata.Tapi, tidak kah perempuan juga
demikian.Mereka dalam hemat perspektif juga menginginkan laki-laki yang
ganteng, gagah, bahkan sixpek mungkin.Tentunya
semua tidak seperti itu.Landasan cerita PPC pada bagian pertama ini adalah
angan-angan.Dapat dijadikan symbol bahwa ratu Cleopatra adalah kecantikan, maka
setiap laki-laki menginginkan perempuan seperti halnya Cleopatra.Tapi, dari
angan-angan itu terkesan hanya menjadi bunga-bunga, atributif saja.Lalu manakah
yang termasuk pokok?Adalah perjodohan.Iya baik, jika masing-masing saling
mencintai, tapi bagaimana salah satunya tidak? Terpaksa?.Melihat ke belakang,
yang senada dan berhasil (dan selalu menjadi perbincangan) adalah novel Siti
Nurbaya.Ada beberapa hal yang identik dari kedua novel tersebut, mungkin latar
dan bungkusnya yang berbeda, PPC begitu telanjang dan datar (baca ciri-ciri
novel pop).Kalau tidak salah, PPC terbit pada tahun 2005, maka secara
sosiologis apakah pada tahun tersebut kehidupannya seperti itu—kaitannya dengan
pernikahan.Kenapa dikatakan telanjang? Hal tersebut karena penyampaiannya
secara langsung, apa adanya-- seperti pesan yang ingin disampaikan, dialog
islami secara lugas, seolah-olah religiusitas hanya sebatas itu saja. Padahal, Sudah
disinggung pada bagian awal.Kalau boleh diibaratkan sebagai perempuan, bukankah
perempuan jika sudah telanjang, maka selesai perkara.
D.
Saran
Agar
semakin menyempurnakan
novel, sebaiknya pengarang dapat menyederhanakan tema agar dapat dibaca oleh semua golongan. Kemudian sebaiknya pengarang menyederhanakan alur agar tidak terkesan rumit untuk dibaca oleh pembaca, dan mudah dipahami.
Terima kasih, sangat membantu
BalasHapus