Kamis, 26 Juni 2014

CONTOH KRITIK SASTRA PUDARNYA PESONA CLEOPATRA



A.    Latar Belakang
Novel merupakan karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya, dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Habiburahman el Shirazy menulis beberapa novel antara lain Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Mahkota Cinta, Ketika Cinta Berbuah Surga, Takbir Cinta Zahrana, Pudarnya Pesona Cleopatra, dan lainnya.
Dari novel-novel yang ditulis Habiburahman, tema yang dibicarakan hampir sama yakni tentang cinta dan agama, seting peristiwa kebanyakan juga terjadi di Mesir dan Indonesia. Hal ini sejatinya perlu diungkap, kenapa novel karya Habiburahman mempunyai kecenderungan yang hampir sama.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba mengritik salah satu novel Habiburahman yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra dari beberapa sudut pandang. Novel Pudarnya Pesona Cleopatra (selajutnya PPC) merupakan salah satu novel populer yang terbit pada tahun 2005.Isi yang tekandung di dalamnya menceritakan tentang perjodohan.Jika dikaji tahun pembuatannya, novel ini bisa dikatakan novel yang ketinggalan jaman.Sebuah novel atau cerita yang bertema perjodohan atau kawin paksa populer pada angkatan Balai Pustaka.Bisa jadi PPC mengadopsi novel-novel dari angkatan Balai Pustaka, yang kemudian bisa dinyatakan interteks dengan menambahkan bumbu-bumbu islami di dalamnya. Jika dikatakan sebagai novel psikologi pembangun jiwa, apakah benar pernyataan tersebut, atau mungkin sekedar pemanis saja agar laku di pasaran masyarakat indonesia yang sedang mengalami degradasi moral dan agama.


B.     Sinopsis
Dalam novel mini karya Habiburrahman El-Shirazy menceritakan mengenai kisah pemuda yang sangat mengagumi sosok wanita asal mesir layaknya Cleopatra semenjak ia kuliah di Mesir. Dia mengidam-idamkan gadis mesir keturunan Cleopatra untuk menjad iistrinya, namun karena ia harus memenuhi permintaan ibunya untuk menikah dengan gadis Indonesia pilihan ibunya. Dengan terpaksa akhirnya ia menikahi gadis tersebut, padahal ia masih belum bias menghapus kekagumannya terhadap Cleopatra. Awalnya ia masih bias menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap istrinya, padahal istrinya adalah sosok yang sangat solehah, penurut, hafal al-quran namun hal tersebut tidak juga menumbuhkan cintanya kepada istrinya hingga terjadi perbedaan sikap kepada istrinya, tadinya ia sangat romantic namun sekarang sangat acuh. Tiga  tahun sudah mereka berumah tangga, namun belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal ibu dan mertuanya sudah ingin menimang cucu darinya dan istrinya. Setelah beberapa bulan, ia akhirnya memperbaiki sikapnya namun ia hanya berpura-pura untuk memenuhi keinginan ibu dan mertuanya yaitu mendapatkan anak. Akhirnya mereka pun dikaruniai anak, istrinya mengandung untuk yang pertamakalinya.
Mendengar kabar tersebut keluarganya sangat senang sekali. Tanpa disadari sifatnya pun berubah kembali terhadap istrinya, istrinya ditelantarkan padahal istrinya sedang mengidam. Karena terlalu sedih, istrinyapun meminta untuk tinggal ditempat ibunya saja, dan akhirnya dituruti. Selama 2 bulan istrinya tinggal di tempat mertuanya itu, tak pernah sekalipun ia menjenguk istrinya atau mengabari. Hingga pada waktu ia mengikuti pelatihan dosen di jawa barat ia mendapat cerita yang membuka hatinya untuk bersuyukur mendapatkan istri seperti istrinya dan belajar mencintai, sepulang dari pelatihan ia langsung membeli segala sesuatu untuk istrinya dan berangkat ketempat mertuanya untuk enjemput istrinya. Namun ternyata istrinya telah meninggal satu minggu yang lalu, dania pun menyesal karena telah menyia-nyiakan istrinya.
Sepenggal cerita
Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandung aku telah dijodohkan dengan raihana yang tak pernah kukenal.“Ibunya Raihana adalah teman karib ibu, waktu nyantri di pasantren mangkuyuban solo dulu,” kata ibu."Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan.
Karena itu ibu mohon keikhlasanmu", ucap beliau dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah.Aku menuruti keinginan ibu.Aku tak mau mengecewakan ibu.Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu.Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya.Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku.Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli!” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku.
Hari pernikahan itu telah datang.Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa.Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh.Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja.Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.Aku merasa hidupku adalah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah.Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.
Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan.Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku. Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya.Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi.Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol.Aku belum bisa menyukai Raihana.Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra. "Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga.Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar.Aku dingin-dingin saja." Ma....maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana," lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. " Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din...Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!" sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". " Matanya sedikit berbinar. "Te...terima kasih...Di...dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya." Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?".Hana begitu bahagia.
Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami.Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga." Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan Ibundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah.Matanya berbinar-binar bahagia.Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.Apanya yang ideal.Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan.Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.Tapi diriku?Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimilikiRaihana.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana.Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan.Jujur, aku hanya pura-pura.Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku.Allah Maha Kuasa.Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri.Raihana hamil.Ia semakin manis. Keluarga bersuka cita semua.Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba.Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera.Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi.Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!"Aku hanya diam dan mendesah sedih." Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku. Akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alas an kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya.Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, " Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita". Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega.Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan.Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas.Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. 
Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mEsir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir.Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani."Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi."Alhamdulillah, sudah" jawabku." Dengan orang mana?. " Orang Jawa"." Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah.Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran"." Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?". " Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Tanpa ada rasa canggung meskipun baru mengenali lawan bicaranya,Pak Qalyubi lansung bercerita tentang kehidupannya bersama gadis mesir.Berawal dari kedekatannya, menikah, mempunyai anak,perselingkuhan hingga perceraian yang terjadi. 
Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak.Perjalanan hidupnya menyadarkanku.Aku teringat Raihana.Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya.Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati.Dia istri yang sangat shalehah.Tidak pernah meminta apapun.Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan.Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya.Apa yang sedang dilakukan Raihanasekarang?Bagaimana kandungannya?Sudah delapan bulan.Sebentar lagimelahirkan.Aku jadi teringat pesannya.Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku.Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal.Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu.Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong....Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi...ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi.Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.
Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa.Tangisku meledak.Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku.Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati.Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku.Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata.Aku tiba-tiba begitu merindukannya.Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana.Kukebut kendaraanku.Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan.Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak.Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku.Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu.Aku jadi heran dan ikut menangis. "Mana Raihana Bu?".Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi. " Raihana...istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya". " Ada apa dengan dia". "Dia telah tiada"." Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi.Kami membawanya ke rumah sakit.Dia dan bayinya tidak selamat.Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia.Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita.Dia minta kau meridhionya".Hatiku bergetar hebat." Ke...kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". " Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan.Kami tidak ingin mengganggumu.Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami"
Aku menangis tersedu-sedu.Hatiku pilu.Jiwaku remuk.Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada.Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku.Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada.Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya.Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana.Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu danpenyesalan yang luar biasa.Aku ingin raihana hidup kembali.

C.    Pembahasan
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu memberikan didikan langsung kepada pembaca, seolah-olah penulis adalah guru yang benar-benar mendidik muridnya.Hal ini sesungguhnya telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikannya sebagai alat pendidikan.Sedangkan nilai seninya dinomor-duakan. Dalam masa pujangga baru telah terdengar pertentangan paham tentang karya sastra, yang berupa paham ‘seni untuk seni’ dan ‘seni untuk bertendens’ (Pradopo, 2011: 94).
Mengacu pada hukum sastra ‘seni untuk seni’ novel Pudarnya Pesona Cleopatra (selanjutnya disebut PPC) karya Habiburahman el Shirazi tidak menunjukan nilai seni untuk seni tersebut, namun sebaliknya yaitu ‘seni untuk bertendens’ sehingga melupakan nilai seni untuk seni. Hal ini di tunjukan bahwa karya sastra berupa novel mini pertama karyanya ditunjukan untuk menyadarkan pembaca akan kecantikan bukanlah segalanya, terbukti dari kutipan akhir pada novel tersebut “untuk mereka yang menganggap kecantikan adalah segalanya”.  Habiburahman menjadi salah satu penulis yang menggunakan karya sastra sebagai alat pendidikan.
Nilai pendidikan yang dihadirkan penulis berupa kesetiaan seorang istri terhadap suami yang tidak mencintainya.Raihana sebagai istri si tokoh utama adalah perempuan solehah dan hafal al-quran, hal ini menunjukan nilai-nilai agama yang diangkat pun sangat kental, sehingga penulis mengajarkan bahwa perempuan yang baik adalah perempuan solehah bukan perempuan yang cantik. Namun disisi lain si tokoh utama merupakan lulusan mesir yang mendambakan kecantikan Cleopatra sehingga ia tidak dapat melihat sisi kebaikan dari istrinya.
Terdapat hal yang rancu pada nilai pendidikan yang diberikan habiburahman mengenai insan manusia yang memahami agama dengan latar belakang lulusan mesir. Jika tokoh utama adalah seorang yang soleh dan lulusan mesir sejatinya ia dapat memahami hukum islam setalah menikah untuk memuliakan istri, namun yang digambarkan penulis justru sebaliknya, lelaki soleh secara tidak langsung telah menzolimi istri yang begitu hormat kepadanya.
Mengacu pada konsep realitas sosial, yaitu memiliki pemikiran, perasaan, dan keinginan yang realistis. Novel ini tidak menunjukan kerelitasan, karena penuh dangan mimpi tokoh utama terhadap ratu Cleopatra, Faktanya impian tokoh utama terlalu mengawang-awang dan tidak konkret, serta  tidak mempertimbangkn keadaan geografis dan pola pikir seorang akademisi lulusan mesir. Misalnya pada kutipan “dalam tidur aku bertemu ratu Cleopatra pada suatu pagi yang cerah di pantai Cleopatra, Alexandria.Ia mengundangku makan malam di istananya ‘aku punya keponakan cantik, namanya mona zaki, maukah kau berkenalan dengannya’?ini, aku, dalam hitungan menit saja aku akan menyunting putri tercantik di mesir,” Padahal ia tidak pernah menganal ratu Cleopatra atau pun Mona Zaki sebelumnya. Jika novel mini ini adalah dongeng untuk anak usia dini, maka akan menjadi menarik dibaca sebagai motivasi oembangun jiwa anak, namun sasaran pembaca novel ini adalah remaja akhir hingga dewasa. Pada umumnya, impian serupa terjadi pada oarang-orang non-akademisi dengan lingkungan sosial yang mendukung pola pikir, keinginan, dan perasaan non-realistis.Hal ini setara dengan seorang pengangguran yang memiliki impian menjadi milyarder.
Mengacu pada bagian klimaks pada suatu karya. Untuk menyudahi kisah tokoh utama Habiburahman menempatkan klimaks di akhir cerita yaitu kematian Raihana sang istri dan bayi yang dikandungnya. Klimaks kematian pada berbagai karya berhasil menarik perhatian pembaca, terlebih kepada pembaca yang jarang membaca sehingga menimbulkan kekaguman luar biasa. Di sisi lain klimaks kematian mudah ditebak karena telah banyak penulis maupun pengararang naskah film yang menggunakan klimaks di akhir cerita dengan kematian sang tokoh kedua atau tokoh penting dalam cerita. Jalan ceritanya yang mudah ditebak, demikian sudah banyak ditemui di sinetron-sinetron, sehingga tidak begitu menarik untuk dibaca.Alurnya pun terlalu rumit, banyak menggunakan alur maju-mundur di dalam ceritanya.Penulis yang baik adalah penulis yang mampu menghadirkan klimaks atau akhir yang tak dapat diduga-duga oleh pembaca.

1.      Berdagang sastra
Mengacu pada permintaan pasar Indonesia mengenai karya sastra.Habiburahman adalah salah satu dari sekian banyak penulis yang beroriantasi bahwa menulis adalah profesi.Habiburahman mengunakan karya sastra sebagai corong menghasilkan lapangan pekerjaan bagi dirinya dan percetakan.Hampir semua bukunya berlebeli best seller.Dari best seller ini lah timbul pertanyaan, apakah karya sastra yang berlebeli best seller menunjukan kualitas isinya?. Pada umumnya pembaca Indonesia adalah pembaca yang pasif, dengan kata lain mudah percaya dengan label best seller dan pendapat-pendapat penulis terkenal lainnya yang biasanya dicantumkan pada cover belakang novel. Meskipun novel PPC tidak berlebeli best seller karena tidak memenuhi persyaraan penghargaan, namun novel ini telah mencapai 20 kali cetak ulang. Mulai dari tahun 2005 hingga cetakan ke-20 pada tahun 2010, serta tercantum pula identitas penulis yang diletakan tepat di bawah namaHabiburahman el Shirazy, Penulis Novel Best Seller ‘Ayat-ayat Cinta’
Pada umumnya percatakan bersedia mencetak ulang sebuah buku hingga berpuluh-puluh kali karena meningkatnya permintaan di pasaran.Popularitas Habiburahman el Shirazy diawali dengan booming-nya novel Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2004 yang dilanjutkan dengan adanya film Ayat-Ayat Cinta pada 2008.Film tersebut disutradarai langsung oleh penulisnya. Dapat diduga, bahwa larisnya novel Pudarnya Pesona Cleopatra yang diterbitkan pertama kali tahun 2005 bukan karena isinya atau judulnya, tetapi karena popularitas penulisnya.
Di sisi lain yang dimaksud kepasifan pembaca adalah, pembaca yang terlalu cepat pecaya dan larut dalam alur cerita. Anggapan pembaca Indonesia wanita cantik adalah wanita yg putih, hidung mancung, langsing, tinggi, sebaliknya wanita jawa bukanlah wanita yang cantik karena pesek, kulit sawo matang, kecil dll.Anggapan inilah yg dihadirkan penulis untuk membenarkan fakta yang ada di lingkungan masyarakat Indonesia. Jelas terlihat habiburahman mengikuti selera pasar, untuk mempermudah kemungkinan terbesar karyanya akan laku dipasaran.

2.      Orientasi PPC
Mengacu pada empat orientasi menilai karya sastra Menurut Abrams (dalam Pradopo, 2013: 94).ada empat orientasi dalam menilai sebuah karya sastra, yakni orientasi mimetik, pragmatik, ekspresif, dan objektif. Dari keempat orientasi tersebut bisa dikaji kekurangan dan kelebihannya.Isi yang tekandung di dalamnya menceritakan tentang perjodohan.Jika dikaji tahun pembuatannya, novel ini bisa dikatakan novel yang ketinggalan jaman.Sebuah novel atau cerita yang bertema perjodohan atau kawin paksa populer pada angkatan Balai Pustaka.Bisa jadi PPC mengadopsi novel-novel dari angkatan Balai Pustaka, yang kemudian bisa dinyatakan interteks dengan menambahkan bumbu-bumbu islami di dalamnya. Jika dikatakan sebagai novel psikologi pembangun jiwa, apakah benar pernyataan tersebut, atau mungkin sekedar pemanis saja agar laku di pasaran masyarakat indonesia yang sedang mengalami degradasi moral dan agama.
Bagi penikmat sastra, novel ini bisa dikatakan berhasil, karena konflik-konfliknya bisa membuat pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya.Tetapi sebagai pembaca yang cerdas, ada celah yang harus bisa ditelaah kekurangan dan kelebihannya.
a.       Orientasi Mimetik
Memandang karya sastra sebagai tiruan, cerminan, ataupun representasi alam maupun kehidupan.Kriteria yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran”.Berkaitan dengan orientasi ini, bisa dicermati dari tahun pembuatannya, apakah benar pada tahun 2005 ketika novel ini terbit masih ada tradisi perjodohan atau kawin paksa.Tradisi semacam itu masih gencar pada sastra angkatan balai pustaka, jadi jika novel ini mengadopsi tema tentang perjodohan atau kawin paksa, bisa dikatakan novel ini sebagai novel yang ketinggalan jaman.Seharusnya penulis menggunakan tema yang sesuai dengan alur kehidupan jaman sekarang.
b.      Orientasi Pragmatik
Memandang karya sastra sebagai sarana untuk mencapai tujuan pada pembaca (tujuan keindahan, jenis-jenis emosi, ataupun pendidikan.Kriterianya terletak pada “nilai”.Jika dikaji menggunakan orientasi pragmatik, novel ini bisa dikatakan berhasil.Dengan adanya konflik-konflik yang membuat pembaca seolah-olah larut tenggelam dalam cerita.Kemudian pesan-pesan yang terkandung menjadi obat tersendiri bagi pembaca yang sedang terjangkit penyakit degradasi moral atau agama.
c.       Orientasi Ekspresif
Memandang karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi pengarang, pikiran-pikiran, dan perasannya.Kriterianya terletak pada “pengarang”.Berdasarkan orientasi ekspresif novel ini juga bisa dikatakan berhasil, pengarang novel ini berasal dari Indonesia dan studinya di Mesir.Jadi bila melihat sisi kepengarangannya, banyak hal dalam novel ini yang membicarakan tentang Indonesia dan Mesir, dan itu menjadi nilai lebih.
d.      Orientasi Objektif
Memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, otonom, bebas dari pengarang, pembaca, dan dunia sekelilingnya.Kriterianya terletak pada “hubungan antarunsur yang membentuk karya sastra”.Jika dilihat dari orientasi objektif, novel ini belum bisa dikatakan objektif, karena masih terpengaruh faktor kepengarangan.Sebagai karya sastra yang baik seharusnya novel ini bisa menjadi “kitab” bagi pembacanya.Bagaimanapun caranya penulis harus mampu mengangkat “universalitas” agar novel ini bisa dibaca oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
           
3.      Psikologi islam bagi penyakit ‘jiwa’
            Dalam konsep psikologi islam terdapat sedikitnya ada empat elemen dasar yang dapat membentuk teori psikologi islam, yakni teori tentang psikis jiwa manusia, teori tentang struktur motivasi, teori tentang fungsi jiwa manusia dan teori tentang struktur kebenaran.
Dari tujuan habiburhman yang dengan baik hati ingi membangun jiwa manusia melalui psikologi islam menjadi perbincangan menraik. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mudah putus asa.Keputus asaan ini-lah jawaban dari pertanyaan mengapa terlalu banyak motivator di Indonesia, baik melalui lisan maupun tulisan.Jelas terlihat mental masyarakat Indonesia, khususnya remaja perlu di pupuk ekstra demi membangkitkan psikis jiwa dan motivasi diri.
Penyakit jiwa yang dimaksud adalah kejiwaan insan manusia yang haus akan pendidikan moral islam dan sifat bersyukur. Jiwa adalah seluruh kehidupan batin manusia, berupa roh yang menyebabkan manusia bernyawa.Jiwa yang dimaksud bukanlah roh tersebut, melinkan jiwa batin manusia yang dapat berubah-ubah sesuai menejemen emosi dirinya sendiri.Habiburahman berusaha mengontrol emosi manusia mengenai rasa syukur dan kekeguman manusia terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan melupakan segalanya.
Jiwa siapakah yang ingin di bangun?Muncul lagi pertanyaan baru. Pada umumnya jiwa yang membutuhkan motivasi untuk membangun jiwa dari rasa bersyukur adalah jiwa yang sadar bahwa dirinya kekurangan akan aspek religiusitas. Sayangnya tidak semua manusia dapat menyadari dirinya membutuhkan hal itu, katakanlah dari 10 orang hanya 4 yang menyadari dirinya adalah jiwa yang membutuhkan motivasi pembangun jiwa, baik melalui lisan maupu tulisan.

4.      PPC adalah novel POP ‘telanjang’
Novel pop adalah novel yang menampilkan kehidupan yang tidak intens, tidak meresapi kehidupan dan disajikan begitu saja atau apa adanya. Novel pop ada karena memenuhi selera pembaca dan bersifat aktual. Sedang, jika kita ingin berbicara religiusitas, sebenarnya tidak hanya pada aspek agama, tapi  lebih menitikberatkan pada aspek yang di dalam lubuk hati, getaran  hati nurani, sikap personal yang merupakan misteri bagi orang lain. Religiusitas tidak hanya dihubungkan dengan ketaatan ritual tetapi lebih mendasar lagi dalam pribadi manusia.Lalu bagaimanakah dengan novel religi “pop”?Dalam sastra religius, pengarang tidak membuat kehidupan beragama sebagai latar belakang, namun sebaliknya lebih menitik-beratkan kehidupan beragama untuk pemecahan masalah.Agama menurut sastra religius, adalah bukan sesuatu kekuasaan, melainkan sebagai alat pendemokrasian.
Novel  ini diberi label Novel Psikologi Islami Pembangun Jiwa. Entah membangun jiwa yang bagaimana, atau kah hanya sebagai bumbu demi ranah pasar.Entah.Masih ada banyak novel yang dapat membangun, toh tidak hanya religi tapi juga bisa jadi yang inspiratif, heroik itu dapat membangun jiwa.Dilihat  pada cerita pertama, tokoh sentralnya adalah suami maka akan sampai bagaiamana—dalam hal ini pengarang sebagai seorang laki-laki menginginkan perempuan cantik, bahkan secantik titisan ratu Cleopatra yang terkenal itu sebagai pendamping hidup. Impian para lelaki yang dipukul rata.Tapi, tidak kah perempuan juga demikian.Mereka dalam hemat perspektif juga menginginkan laki-laki yang ganteng, gagah, bahkan sixpek mungkin.Tentunya semua tidak seperti itu.Landasan cerita PPC pada bagian pertama ini adalah angan-angan.Dapat dijadikan symbol bahwa ratu Cleopatra adalah kecantikan, maka setiap laki-laki menginginkan perempuan seperti halnya Cleopatra.Tapi, dari angan-angan itu terkesan hanya menjadi bunga-bunga, atributif saja.Lalu manakah yang termasuk pokok?Adalah perjodohan.Iya baik, jika masing-masing saling mencintai, tapi bagaimana salah satunya tidak? Terpaksa?.Melihat ke belakang, yang senada dan berhasil (dan selalu menjadi perbincangan) adalah novel Siti Nurbaya.Ada beberapa hal yang identik dari kedua novel tersebut, mungkin latar dan bungkusnya yang berbeda, PPC begitu telanjang dan datar (baca ciri-ciri novel pop).Kalau tidak salah, PPC terbit pada tahun 2005, maka secara sosiologis apakah pada tahun tersebut kehidupannya seperti itu—kaitannya dengan pernikahan.Kenapa dikatakan telanjang? Hal tersebut karena penyampaiannya secara langsung, apa adanya-- seperti pesan yang ingin disampaikan, dialog islami secara lugas, seolah-olah religiusitas hanya sebatas itu saja. Padahal, Sudah disinggung pada bagian awal.Kalau boleh diibaratkan sebagai perempuan, bukankah perempuan jika sudah telanjang, maka selesai perkara.

D.    Saran
Agar semakin menyempurnakan novel, sebaiknya pengarang dapat menyederhanakan tema agar dapat dibaca oleh semua golongan. Kemudian sebaiknya pengarang menyederhanakan alur agar tidak terkesan rumit untuk dibaca oleh pembaca, dan mudah dipahami.

1 komentar:

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...