Selasa, 19 Agustus 2014

SOL SEPATU SENJA



Kemarin, malam mulai mengintip pada kaki-kaki langit. Senja yang ranum mempertemukanku dengan sosok lelaki tua. Dengan sepeda jengki hitam dan topi koboi yang hitam pula tentunya. Dia mengelilingi yogya sejak berpuluh tahun lalu, menjajakan keahlian sol sepatu kepada siapa saja. Tidak terkecuali denganku.
Sebelum itu, aku melihat ujung belakang sepeda yang berisikan tas hitam, isinya perlengkapan sol sepatu dan minuman, mungkin. Begitu goyah pijakan kaki pada pedal sepeda tuanya. Begitu pelan, ya karena memang usianya sudah tidak muda.

“Pak sol sepatu, ikuti ya pak. Cuma di dekat situ”. Dia hanya tersenyum. Senyum simpulnya, menggores palung hatiku. Bagaimana mungkin, usianya sudah 89 tahun. Tetapi dia masih kuat untuk mengayuh sepeda, dengan jarak yang memang jauh jika aku mendengar ceritanya.
“Pak, sudah berapa lama menjalani pekerjaan ini?” kataku.
“Sejak tahun ’49 mas” jawabnya pelan sambil mengelem sepatuku yang sudah menganga. Seketika pikiranku buyar, hampir 65 tahun dia menekuni pekerjaannya tersebut.
“Apa tidak ada pekerjaan lain pak dulu, selain menjadi tukang sol sepatu keliling?”
“Ada mas, dulu bekerja di pemerintahan kota, namun karena gaji yang sedikit kemudian saya keluar dan memilih menjadi tukang sol sepatu yang lebih menjanjikan. Itu juga dulu kesalahan saya karena kurang bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh Yang Kuasa. Hidup itu jika menuntut nafsu tidak akan pernah ada habisnya. Berapapun yang diterima, jika kita bersyukur pasti akan selalu cukup.” Katanya dengan tak henti mulai menjahit sepatuku.
“Iya juga pak memang benar.” Aku sudah bingung mau berkata apa. Hampir separuh hidupnya dia habiskan untuk menekuni pekerjaannya.
“Kadang orang yang mengangap mencari pekerjaan itu susah, hanya orang yang malas dan selalu berpikir bahwa rezeki yang diterimanya itu sedikit. Kalau saya sih berapapun yang saya dapatkan ya disyukuri saja. Kenyataannya dengan pekerjaan ini saya masih tetap bisa membesarkan empat anakku, yang sekarang anak-anakku bahkan sudah memiliki cucu.”
Dag, dig, dug. Runtuhlah air mata senja.

Yogyakarta, 19 Agustus 2014
Jejak Imaji 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...