Kamis, 03 Desember 2015

JALAN ALTERNATIF MENUJU JALAN SASTRA



Jalan Alternatif Menuju Jalan Sastra

Bangku perkuliahan merupakan hal yang dilematis jika dilihat dari beberapa kacamata. Tidak lain tujuan setelah lulus adalah mendapatkan ijazah dan pekerjaan. Apakah itu saja cukup? Setiap orang akan memiliki ceritanya masing-masing. Di Yogyakarta banyak berdiri universitas, entah itu negeri maupun swasta. Tetapi tidak semua universitas memiliki jurusan sastra atau pendidikan bahasa dan sastra.
Jika menengok pada jurusan pendidikan bahasa dan sastra, bahwa output yang ingin dihasilkan adalah munculnya calon pendidik (guru), ahli bahasa, dan ahli sastra (sastrawan/kritikus sastra) yang tidak ‘abal-abal’. Sementara pada jurusan sastra sendiri sudah barang pasti harus memunculkan dosen sastra, sastrawan atau kritikus sastra. Artinya lulusan diharapkan memiliki ilmu pokok dari jurusan yang sudah ditempuh, yaitu pendidikan, bahasa, dan sastra. Ketiga hal ini tidak akan pernah dipisahkan di dalam jurusan sastra atau pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, karena merupakan mata rantai yang akan saling berkait.

Ada beberapa universitas di Yogyakarta yang memiliki jurusan sastra atau pendidikan bahasa dan sastra, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD), dll.
Sudah bukan menjadi rahasia umum jika Yogyakarta menjadi salah satu rahim penulis Indonesia. Karena hampir setiap hari di Yogyakarta ada acara sastra. Banyak penulis yang merasa dilahirkan kembali melalui jalan sastra. Tentunya mereka yang sedang ataupun telah mengenyam perkuliahan di Yogyakarta ini. Jika memang begitu peran kampus menjadi sangat penting dalam proses kelahiran penulis-penulis muda.

Sumbangsih Kampus dan Batu Sandungannya
Mahasiswa yang sudah masuk dalam jurusan sastra atau pendidikan bahasa dan sastra mau tidak mau harus mau, untuk setidaknya mengetahui apa itu pendidikan, bahasa, dan sastra. Mari tengok lebih dalam jalan sastra di sebuah kampus.
Sumbangsih kampus dalam proses kelahiran penulis muda sangat besar. Setidaknya melalui perkuliahan mahasiswa mengetahui apa itu sastra, meskipun secara teoritis. Tetapi hal ini juga perlu sebagai dasar acuan, kemudian memberi ruang bagi mahasiswa untuk mencari jati diri melalui jalan sastra.
 Mata kuliah sastra menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa. Mulai dari sejarah sastra dan perkembangannya, apresiasi sastra, hingga penulisan karya sastra. Hal tersebut akan memaksa mahasiswa untuk bergelut dan bergulat pada dunia sastra. Walau terkadang tidak disukai ataupun suka karena terpaksa. Tetapi bukan tidak mungkin akan ada beberapa mahasiswa yang benar-benar suka dan cinta terhadap sastra.
Lantas jika memang ada mahasiswa yang suka terhadap sastra maka kampus sudah menyediakan sedikit apa yang dibutuhkannya. Mengenai dasar dan pengertian sastra, teori sastra, jenis-jenis karya sastra, dsb. Hal yang kadang kurang diperhatikan kampus adalah proses kreatif mahasiswa yang menempuh jalan sastra. Secara teoritis memang sudah menjadi kewajiban kampus memberikannya. Tetapi ketika pemahaman terhadap teori tidak diimbangi dengan tata cara aplikasi teori tersebut, maka akan menjadi sebuah masalah. Mengaplikasikan teori tidak semudah seperti saat menyampaikannya. Apalagi proses kreatif menulis karya sastra. Akan banyak membutuhkan waktu dan tempat.
Waktu dan tempat menjadi kendala utama kampus, juga dosen sastra atau pendidikan bahasa dan sastra. Seperti batu sandungan bagi mahasiswa penganut jalan sastra. Bahwa yang perlu dipahami belajar sastra tidak hanya cukup dengan teori di kelas. Diskusi-diskusi di luar kelas juga sangat penting dilakukan. Dengan adanya diskusi semacam ini setidaknya memberikan sedikit ruang untuk bergerak dan berkembang bagi mahasiswa.
Bagi mahasiswa yang sudah mabuk pada perjalanan dunia sastra, di manapun tempat berkumpul dengan teman bisa menjadi lahan diskusi. Dan kampus sangat jarang memberikan fasilitas tersebut.

Jalan Alternatif Menuju Jalan Sastra
            Tidak mudah bagi mahasiswa penganut jalan sastra untuk melampiaskan keingintahuannya tentang sastra. Waktu dan tempat yang terbatas harus disiasati. Pada akhirnya yang harus dilakukan mahasiswa semacam ini adalah membuat tempat baru dan menciptakan waktu tersendiri sebagai pelampiasan. Karena diskusi tentang sastra tidak cukup dengan waktu 1-2 jam. Terkadang  bisa lebih dari itu.
                        Selain hal di atas tujuan lain dari diskusi sastra tersebut sebagai ajang silaturahmi. Diskusi-diskusi di kampus sudah semakin menjamur di universitas-universitas yang memiliki jurusan sastra atau pendidikan bahasa dan sastra. Hal ini sudah barang tentu karena kekurangpuasan terhadap apa yang sudah diberikan kampus. Hal lain, jika memang harus melakukan diskusi maka waktu yang paling memungkinkan adalah saat tidak mengganggu kuliah reguler. Bisa jadi malam hari.
            Masalah tersebut pada akhirnya akan membawa mahasiswa membuka diskusi di luar kampus. Di angkringan, di rumah kontrakan atau kost, bahkan sampai di cafe-cafe. Dari diskusi-diskusi kecil semacam itu, fenomena yang kini bisa dilihat adalah banyaknya komunitas sastra atau bisa juga kelompok belajar sastra.
                        Lagi-lagi karena faktor kekurangpuasan. Mahasiswa penganut jalan sastra membentuk komunitas atau kelompok untuk menampung hobi. Membuka jalan lain menuju jalan sastra melalui jalan di luar kampus. Faktor senioritas juga penting dalam perjalanan dunia sastra. Jika tidak maka pembentukan jalan alternatif menuju jalan sastra akan sangat sulit dibuat. Dengan bekal yang minim sebagai mahasiswa yang masih awam belajar sastra tidak akan  mudah. Ibarat sebuah perjalanan menaiki bus, maka perlu adanya sopir, kernet, penumpang, dan bus tentunya untuk melalui jalan tersebut.
            Pada akhirnya, di jalan inilah mahasiswa berproses lebih mendalam. Belajar mengaplikasikan teori, dan berproses kreatif menulis karya sastra.

Jejak Imaji, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...