Anak-anak Angin
: bocah
gimbal
isyarat
jatuh dari pucuk pinus
bersama
buah-buah kering
dingin
digiring menuju perburuan
tanah-tanah
tercacah
sementara
jiwa semayam
dipendam
pupuk kandang
seperti
lebat kentang
berjejer
di barisan bukit hyang
angin
asyik berlari
habiskan
waktu
terbangkan
bau seledri
bumbui
senja sepi
bocah-bocah
tak henti
bermain
kitiran bambu
berlari
susuri tanah terjal
memintal
jarak
tawa
jatuh di ceruk bukit
bocah
larung
dibawa
anak-anak angin
jejak
imaji, juni 2015
Angin Kembara
angin
telanjangi senja
bunyi
tongkeret berputar di telinga
burung
kecil dibiarkannya terbang
melintasi
langit retak
bunga-bunga
kelapa rontok
sementara
angin tak diam
kaleng
berkeloneng
sabit
belum juga usai
pangkasi
rumput di pematang
senja
telanjang, tak ada anggun
di
sobekan daun pisang
tak
ada jingga maupun wanginya
kuncup
padi tak tersemai
tubuh
gigil kala senja padam
cangkul
tengkurap di punggung pematang
sementara
emak bapak asyik
bersihkan
sisa lumpur di tangan dan kaki
senja
dimakan angin berlaksa
hidup
tak hanya membungkuk
sekalipun
liar putik padi tak akan bermilyar
karung-karung
kosong atau
berlubang
oleh angin lalu
jejak
imaji, juni 2015
Jika Terlahir Sebagai Angin
jika
terlahir sebagai angin
di
lembah yang dingin
tiup
rindu dari sukma
hantarkan
pada pengembara
sebelum
hujan hapus tawa
yang
tertinggal di desa
jika
terlahir sebagai angin
gugurkan
rindu yang diaduk waktu
kubur
pada tumpukan daun di kebun
rumahmu
jika
terlahir sebagai angin
buka
pintu rumah jiwa
sebelum
tuhan pergi
dari
mimpi dan pelukmu
jika
terlahir sebagai angin
kubawa
hati sepanjang musim
dan
luruh menjadi abu
jika
tubuhku menjadi angin
jejak
imaji, mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar