Kamis, 21 Mei 2015

Perempuan yang "Disukai" Lelaki



Perempuan yang “Disukai” Lelaki


            Ada harum yang semerbak, saat kaki-kaki mungil merambah bahu trotoar sepanjang mata membentang. Perempuan yang begitu saja lewat tanpa permisi, dengan busana yang aduhai. Harumnya menusuk sampai pangkal hidung. Dari yang tertutup sampai yang diumbar auratnya. Lelaki mana yang tidak ingin menggoda dan “memilikinya”. Sudah menjadi hal biasa ketika perempuan dengan pakaian yang serba mini, dan bukan menjadi persoalan lagi. Sebaliknya, akan menjadi persoalan ketika perempuan dengan aurat tertutup tetapi menggoda. Ah, inilah istilah keren saat ini, “Jilboobers”.
Menjamurnya sosial media dan gadget di golongan perempuan bisa menjadi bumerang tersendiri. Bagaimana peran sosial media dan gadget sangat berpengaruh besar terhadap tren hijabers. Merebaknya fenomena ini merupakan salah satu dampak dari kemajuan teknologi dan ketidakpuasan manusia terhadap apa yang dimilikinya.
Ingin tampil beda dan unik dari yang lain. Namun perlu diperhatikan, tidak semua perempuan melakukan hal semacam ini. Selain itu, tren hijab akhirnya menjadi ladang emas bagi orang yang kreatif. Berbagai macam dan jenis jilbab akhirnya di buat. Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, tergantung jenis jilbab dan selera dari hijabers.
Fungsi primer berhijab sebetulnya adalah untuk menutup aurat, sedang fungsi sekundernya sebagai salah satu gaya hidup atau lifestyle, begitulah kira-kira. Tetatpi ada hal yang sangat disayangkan dari tren hijabers sebagai lifestyle ini. Pada perkembangannya banyak yang melupakan fungsi berhijab secara hakiki, mementingkan unik, beda, dan mencolok, pokoknya tidak ada yang ngembari.
Jilbab sendiri merupakan kain yang sengaja dibuat untuk menutupi aurat perempuan, mulai dari ujung kepala sampai setangah badan, ke(banyak)an. Entah mengalami “penurunan” atau “kenaikan”, cara berhijab perempuan akhir-akhir ini hanya menutup kepala saja, sedang dada ke bawah sering terabaikan. Nah, ini masalah serius. Bagaimana akhirnya dada yang seharusnya ditutup jadi tidak terutup sempurna. Perlu direnungkan.
Hal lain yang menarik dari hijabers adalah penggunaan baju yang ketat, sehingga menonjolkan dada perempuan dan membuat banyak lelaki menelan ludah mentah-mentah. Kejadian ini banyak ditemui pada kalangan mahasiswi, walaupun memang tidak semuanya. Toh itu kebebasan dalam berpakaian, hak asasi wong tubuh-tubuh sendiri. Jika disinkronkan lagi dengan sosial media dan gadget, banyak perempuan yang berselfi ria dengan hijabnya. Ah, tetapi “salah fokus” itu memang benar adanya. Bukan lagi wajah yang dilihat, tetapi apa yang tidak tertutup sempurna dan ketat menjadi pusat perhatian pemirsanya.
Tipe-tipe perempuan seperti itulah yang “disukai” oleh lelaki, bukan dicintai. Karena suka dalam sudut pandang ini mengarah pada nafsu, bukan cinta secara hakiki. Sekalipun lelaki lebih ”bejat” dari perempuan, tetapi lelaki akan lebih memilih perempuan yang bisa menutup auratnya dengan sempurna. Dan perempuan yang baik juga pasti tidak akan pernah memilih lelaki yang bejat sebagai lelaki yang dicintainya.



*Penulis saat ini sedang menempuh studi di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester delapan. Selain itu bergiat di kelompok belajar sastra Jejak Imaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...