Rabu, 16 Agustus 2017

KUPUTUSKAN UNTUK MENYURATI WONOSOBO



“Jika aku rindu, maka kuputuskan untuk menyurati Wonosobo”

            “Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?” Aku tak akan pernah berkhianat jika megana dan tempe kemul adalah salah satu kenikmatan Tuhan yang berada di Wonosobo.
            Aku suka menghabiskan sore dengan menikmati semilir angin yang risik, angin yang mengingatkan masa kecil sekaligus masa lalu di Wonosobo. Kota yang selalu memberikan rasa rindu jika gerimis mulai berguguran dari langit, dan jika hujan telah jatuh maka rindu tak lagi menjadi sebuah kata. Sementara aku hanya seorang sarjana pendidikan yang baru lulus sekitar satu tahun lalu. Seorang pemuda yang hanya menghabiskan waktu untuk menulis puisi atau sekadar membaca buku-buku puisinya Sapardi Djoko Damono.
Kupikir aku akan memperkenalkan diri di bagian akhir saja ya Sob!
            Menginjak usia dua lusin lebih sedikit, aku hanya sebatas pemimpi di kota hujan ini. Pemuda yang kerap patah hati dan tersakiti. Di dalam kesakitanku, rinduku pada Wonosobo semakin menjadi. Pada suatu waktu di semester akhir perkuliahan, aku pernah tersakiti oleh seorang perempuan. Setelah menghabiskan beberapa buku bacaan, maka kuputuskan untuk menulis sebuah puisi tentangmu Sob, Wono”Sob”o. Duka laraku menjadi beberapa puisi tentang kota kelahiranku. Setelah bertemu dengan beberapa teman yang merupakan pegiat sastra di luar kampus, mereka menyarankan untuk mengirimkan puisiku ke media masa.
            Dalam detik jam dan tujuh belas kali bergantinya malam, detak jantungku tak pernah teratur berdegup. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Atau bangun cinta? Tak ada perempuan puisi pun jadi. Pada Minggu, 15 Februari 2015 empat puisiku di muat di media masa cetak Suara Merdeka, dan semua puisi tersebut kutulis karena aku rindu dengan Wonosobo. Sejujurnya sejak saat itu aku mulai mencintai sastra, mencintai Wonosobo, dan tentu saja belajar mencintai gadis Wonosobo yang dulu tak pernah mencintaiku. Titik balik untuk menggantungkan mimpi-mimpiku di langit Tuhan. Di langit yang katanya ada banyak bidadari berserta malaikat, maka aku ingin menitipkan doa kepada mereka untuk Wonosobo dalam bentuk puisi-puisi.
            Selepas itu, angin lebih berisik mengusik kehidupanku. Hujan suka membasahi tubuhku. Maka bagiku tak ada pilihan lain, selain melangitkan nama Wonosobo dalam puisi atau dalam bentuk tulisan yang lain. Mimpiku dahulu adalah membentuk sebuah komunitas yang bergerak dalam bidang seni-sastra di Wonosobo, dengan tujuan selain untuk mengenalkan seni-sastra juga untuk meningkatkan kualitas individu yang memiliki pengetahuan umum melalui literasi.
Tetapi betapa beruntungnya karena kuketahui sudah ada beberapa orang yang mendahului untuk membentuk komunitas yang bernama Komunitas Sastra Bimalukar. Sejak saat itu aku mulai bergabung di Komunitas Sastra Bimalukar (KSB). Bersama dengan beberapa teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda, sastra adalah pemersatu. Baik guru, sejarahwan, dosen, penyiar radio, pantomim, pemusik, pengusaha, dan banyak lainnya.             Hujan yang turun semena-mena, angin kencang yang menikam sejadi-jadinya, dan dingin yang menusuk sengilu-ngilunya. Menjadikan seorang individu agar tidak malas adalah hal yang paling sulit dilakukan di Wonosobo, karena faktor cuaca daerah pegunungan yang dingin membuat orang ngantukkan. Memang tak bisa lagi dipungkiri lagi, tetapi bukan tanpa tujuan aku menuliskan surat ini. Apabila menilik ke kota-kota sebelah, kegiatan literasi sudah mulai menunjukkan pergerakan yang masif. Literasi sudah seharusnya menjadi hak bagi seluruh masyarakat Wonosobo, khususnya bagi generasi Wonosobo muda.
Memang semua harus dimulai dari diri sendiri, kesadaran baca tulis, dan kesadaran akan potensi dari masing-masing individu akan terbuka dari pengetahuan. Kemana angin pergi tak ada yang tahu, tetapi ia selalu pulang meski pada waktu yang tak menentu. Begitupun dengan sebuah harap, lepaskan semua harapan ke penjuru manapun kau menginginkannya. Kelak ia akan pulang pada waktu yang tak akan pernah disangka. Seperti Wonosobo juga, kota yang selalu menjadi harapan terakhir ketika aku merasakan rindu. Rindu akan kota dingin yang kuharap bisa menjadi salah satu kota dengan tingkat literasi dan budaya yang tinggi. Kota yang akan selalu memiliki generasi muda yang peduli terhadap sejarah dan kemajuan.
Apabila keindahan hanya milik Tuhan, maka Ia pasti hidup di Wonosobo. Apabila doa adalah keindahan, maka puisi adalah salah satu bagian dari doa yang terindah.

Doa Untuk Wonosobo

Di luas waktu yang selimuti hidup
Kutambatkan rindu pada rinai gerimis
Kepada malaikat kutitip doa yang paling sepi
Yang paling kutahu, Tuhan hidup di kotaku

Di mukim sunyi, kotaku bercahaya lugu
Aku menyusuri jalan di deras hujan yang bertalu
Atau menerjang kabut yang menebal di dadaku
Dingin memanggil dan ia menetap di tulangku

Aku ingin pulang
Mendengar lagi anak-anak kotaku mengaji
Atau membaca sejarah dengan tekun di hari-hari basah
Suara ceria yang gaduh di saat pintu dan jendela gigil

Aku ingin pulang
Menyusun keping mozaik dari cerita kakek
Mengenalkan kembali kepada anak-anak kelak
Dan membacakan cerita tentang kotaku dari buku-buku

Kalau kau tua dan kelabu
Telah kubangun rumah untuk kau singgah
Di sana ada sedikit buku
Dan anak-anak yang mulai mengantuk
Mereka ingin tidur di pangkuanmu

Wonosobo, 24 Juli 2017

Mengakhiri suratku, doa telah pecah berkeping-keping menjadi abu. Ia terbang ke langit menuju Tuhan. Saat jantung malam mulai berdegup, dingin telah menghidupiku. Aku hanya bisa membuka taman bacaan kecil di desaku. Setidaknya memulai dari lingkungan yang terdekat. Anak-anak selalu asik bermain di taman bacaanku, dan tentu saja sebagai tambahan pelajaran aku membuka kelas di taman bacaan ini. Tak ada yang lebih asyik ketika aku melihat generasi muda Wonosobo ceria saat membaca buku. “Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”

Salam. Ardy Suryantoko.

2 komentar:

TUGAS KELAS X BAHASA INDONESIA WAJIB (SMATAQ)

Dalam upaya untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMA Takhassus Al-Qur'an via daring, maka berikut tugas untuk kelas X b...