Kongres Gunung, Kutabawa
Purbalingga, 14 Desember 2016
Jalan dan Lagu
yang Bertolak
Begitu deru
mesin pecahkan sunyi malam, waktu tiba-tiba melesat cepat. Jalan lurus atau
kelokan mendadak mesra dengan dingin selama perjalanan. Gerimis selalu
mempercepat atau melambatkan keinginan untuk sampai pada tujuan. Sebelum itu,
kendaraan tiba-tiba melambatkan lajunya. Benar saja, jalanan penuh lubang dan
digenangi air. Tak terasa hampir satu jam menghabiskan waktu untuk menikmati
lubang dan kubangan air, tentu saja tak sedalam kenangan masa lalu. Hanya saja
lebih menyakitkan jika harus terlambat karena sebuah lubang yang terus menganak
pinak.
Roda menapak
pada batas kota selanjutnya. Kali ini tak ada lagi gerimis, hanya sebuah kota
di lereng gunung Slamet yang menciptakan malam dan sepinya sendiri. Tak ada di
antara kami yang mengetahui pasti tempat akan berlangsungnya acara. Tak ada
siapapun bagi kami untuk bertanya sebuah alamat. Selain GPS memang tidak ada
hal yang pasti, seperti mengharap cinta dari seseorang yang sudah memiliki
belahan hatinya sendiri.